Italians seringkali, di tengah percakapan, bereksklamasi "Assurdo" yang kurang lebih ekuivalen dengan anglosakson "Unreal", atau "Allucinante" yang secara literal berarti "hallucinating" namun kedua ujaran ini lebih ke arah negatif.
Dan kemarin pun saya harus menahan diri untuk tidak berteriak di depan muka trenitalia (perusahaan kereta api Italia) ASSURDO!
Sebab musababnya? Karena saya bukan saja tidak senang dengan pelayanannya, bukan saja dikecewakan, tapi juga tidak dapat mengerti konsep dan sistem organisasi Italians.
Saya bukanlah pendatang baru, telah satu tahun saya di negeri pasta Italia ini. Dan saya berani jamin kalau saya (sudah) jarang mengeluh, tinggal mengelus dada, dan mengernyit kalau perlu.
Tapi kemarin ... rasanya kepala ini ingin pecah. Italia, entah bagaimana ia bisa mengklaim salah satu "anggota G8", "pilar ekonomi Eropa", "negara industrialis", atau pun "negara Uni Eropa".
Italia di bawah permukaan kulit sebenarnya adalah negeri berkembang, tak jauh beda dengan Indonesia atau negara Afrika.
Jadi, kemarin saya memutuskan untuk mengambil kereta Eurostar. Status saya sebagai pelajar tidak memberi saya privilege untuk bisa menaiki kereta terekslusif di Italia ini.
Namun, jangan salah Eurostar Italia bukanlah Eurostar yang kita kenal, yang dioperasikan di France/UK.
Dan Eurostar pertama saya di Italia melaju dengan kecepatan biasa-biasa, termaksimum pun tidak sampai 100kmph (jujur, kereta regional normal di France pun melaju dengan kecepatan yang lebih tinggi dan tiba relatif on time).
Jalur yang ditempuh: Milan-Florence dengan satu hentian di Bologna.
Dan tebak, kereta Eurostar saya yang sudah melaju dengan santaipun sempat pula berhenti di tengah track, tanpa penjelasan.
Hingga akhirnya tiba di Florence mengaret 35 menit dari jadwal yang seharusnya. Dan sebab keterlambatan fatal ini, saya tidak dapat naik kereta dari Florence yang harusnya membawa saya pulang ke rumah, Perugia, jam 20.00.
Terimakasih banyak trenitalia.
Drama tidak berhenti hingga di sini: kereta ke Perugia berikutnya dari Florence harus saya tunggu dua jam berikutnya. Ah Florence memang bagus, tapi untuk menunggu bak sapi ompong di stasiun kereta-nya, NO Grazie.
Tapi apa daya, kereta tersebut satu-satunya opsi saya.
Tebak: kereta tersebut pun harus berangkat terlambat pula. Saya tidak tahu sebabnya namun yang pasti dengan dua jam non-produktif, dengan mata mengantuk telah jam 21 malam, dengan tubuh lunglai nan cape, masih pula harus ditambah dengan keterlambatan ekstra 55 menit.
Total keterlambatan dua kereta (cuma dua kereta! bayangkan kalau saya harus mengambil atau berganti lebih banyak kereta) tiga jam setengah. Hmm 3,5 jam bukanlah waktu singkat, dan yang mengesalkan adalah apa yang saya bayar, asumsi saya membeli service Eurostar, dengan tarif premium, tidak saya terima sama sekali.
ASSURDO.
Trayek 5 jam yang sudah sangat melelahkan buat saya, bak bulan-bulanan dan belaskasihan di tangan trenitalia, menjadi 8,5 jam tanpa ada penjelasan sedikitpun.
ALLUCINANTE.
Italia, terra superindah bak negeri dongeng ini, terlalu tidak efisien. Ia layaknya menyandang gelar negeri terbelakang dalam banyak hal.
+++
Dan Italia hari-hari terakhir ini sibuk membicarakan merger dua bank mereka yang akan menjadi bank TERBESAR no 2 di dunia (setelah Citibank).
Bisa kamu bayangkan chaos yang akan tercipta, monster apa yang akan kita hadapi, bank terbesar no 2 sedunia dikelola oleh Italians?
Jujur, ngeri saya membayangkannya!