aprile 30, 2006

Signifikasi Pelangi

  • ENGLISH
    rainbow
    = rain + bow (busur hujan)
  • FRENCH
    un arc-en-ciel = arc + ciel (busur [di] langit)
  • ITALIAN
    un arcobaleno = arco + baleno (busur [berupa] paus; whale-shaped arch)

Bahasa Indonesia
pelangi = err ...
pe + langi? pel + angi?
pela + ngi? pelan + gi?
Ada yang tahu mengapa pelangi, pelangi?

aprile 28, 2006

Diff as in Cult

Blak-blakan ajah - mari buka-bukaan dan polos-polosan.

Adakah kata dalam bahasa Inggris yang sgt sulit disebutkan bagimu? Buat saya, ada beberapa (beh ... padahal banyak). Lupakan terminologi kedokteran, biologi, dan Greek-origin words yang njelimet luar biasa dan bersilabel lebih dari jari tangan. Yang sehari-hari saja :

Yang ini, seringkali salah meletakkan stress.

lavender; perpetual; affluent
abominable; affirmation; Alaska

***

French words. Faithful to the correct pronunciation resulted in more than a raised eyebrow.
^^ What a guy to do?

croissant; sommelier; rendez-vous
baguette; garçon; voyage

***

Sebab kecadelan, maka kadang double R pun sulit.
regularly
rarely

***

Lalu yang berprefix arch- ini terbagi dua, ada yang arch (soft c) dan hard c (k) :
arch
archangel
archbishop
architrave

Gimana cara menentukannya, liat kamus! LOL

***

"clipped t"
Norton
Martin

+++

Ayolah, sekarang giliranmu ... jangan malu-malu euy!

aprile 27, 2006

Apa kabar Leslie?

Bagi yang tidak kenal siapa itu Michelle Leslie, ia adalah seorang model papan tengah yang sempat menjadi buah bibir, the other "Schapelle", setelah ditangkap oleh kepolisian Bali untuk kepemilikan dua butir ekstasi, mendekam di penjara Kerobokan, membuat revelasi "saya seorang Muslim sejak delapan belas bulan lalu konversi", mengenakan jilbab (foto 1), lalu menyatakan kepada media "saya ingin bertobat, menjadi seorang muslimah yang benar", lalu mengenakan burqa (foto 2) di setiap pemunculannya di media.

Oleh pengadilan Bali, ia hanya diberi tiga bulan (max 15 tahun) kabarnya karena panel hakim mem-favour circumstances kasusnya dan melenggangkangkunglah ia dari image artifisial yang ia buat sendiri. Di airport, ia kembali ke dirinya, all that OZ chick tanktop and shorts (foto 3).

Lalu kontroversi ia menyuap ratusan juta rupiah kepada hakim Bali, belum lagi ada petinggi-petinggi Jakarta yang anaknya kedapetan menghadiri pesta yang sama.

Enam bulan kemudian, Leslie akhirnya berhasil mendapatkan job pertamanya, setelah agency-agency lokal memutuskan ia membawa publisitas buruk.

Maka minggu ini fotonya di Australian Fashion Week pun beredar gempita (foto 4).

Voilà : Leslie the party chick is back!

MICHELLE Leslie has relaunched her catwalk career in Sydney, trading the conservative Muslim dress of her Bali drugs trial for new season swimwear.

In her first fashion show since returning to Australia from a Bali jail, the 24-year-old Muslim convert was the focus of attention.


After-thought: pantaskah menggunakan tirai religion untuk menggapai simpati publik? Harga kebebasan memang mahal, sangat mahal, sanggupkah kamu berpura-pura, menghalalkan semua cara yang " legal " yang bisa ditempuh untuk sebuah kebebasan dirimu (lima belas tahun di balik jeruji mengancam!). Saya sendiri, euh ... mungkin dengan keadaan yang sangat hopeless seperti itu, semua cara pun akan saya tempuh. Pepatah Yunani kuno : desperate time requires desperate measure!

After after-thought: tampaknya banyak yang siap mencibir Leslie dalam kasus ini, tapi satu hal yang pasti, we are not Leslie and it's up to her to go about her business aye.


1
















2

3

4

aprile 26, 2006

Bang bang what?

Studi Kasus

Satu -1
Bisa dibilang Megawati, dengan aura keibuannya, dianggap a sweetheart di sini. Ingat, negara-benua koala ini tidak pernah punya pemimpin wanita. Selepas Republik Indonesia punya presiden baru - pemilu terakhir, housemates saya kebakaran bulu ketek meluncurkan pertanyaan demi pertanyaan, salah satu yang tipikal:

«Hey, how do you pronounce his first name?»
Saya: Susilo

«And his full name, the proper way»
Saya : Susilo Bam...

«Naaaah wait, you gotta go slower. Suzzho bang bang what .... ???»
Saya : Su si lo --- Bam bang --- Yu dho yo no

«Fuck that's hard. Awwwrighty I'll stick with BANG BANG, its a pretty cool name I reckon!»
Housemates menyeringai puas. Dan sejak saat itu Presiden SBY dikenal di Ostrali sebagai " president bangbang ".


Dua - 2
Tak ada satupuun majalah wanita dan kolom gosip di negeri ini yang luput mencetak nama CRUISE dan HOLMES. Dan bayi mereka. O spare me the details !!! Dan bayi mereka bernama Suri, nama hebrew yang di Israel, dan oleh ahli Judaisme sendiri dikomentari, Err ... nop never heard of that before! Untuk melengkapi worldwide publicity stunt ini, tampaknya Tom Kruz tinggal menambahkan aksi à MJ: menggelendotkan bayinya di ambang jendela hotel berbintang! Atta boy.

+++

Maka, bagi ibu-ibu dan bapak-bapak francophile yang tengah sibuk mencari nama: ini adalah list kecil nama depan populer di Perancis. Seorang teman asal Paris, non je m'appelle Grégoire, ia menolak dipanggil Greg -short for his name Grégoire. Seorang teman lagi, gadis muda asal Perpignan, bernama Aude. Pronunsiasi à la anglosakson: Odd (aneh).

les garçons = boys
les filles = girls

les garçons les filles

Alain Agnès
Albert Alice
André Andrée
Antoine Anne
Bernard Anne-Marie
Charles Annette
Christian Barbara
Christophe Béatrice
Claude Brigitte
Daniel Caroline
David Catherine
Denis Cécile
Édouard Chantal
Étienne Charlotte
François Christine
Geoffrey Claire
Georges Denise
Gilbert Diane
Grégoire Dominique
Guillaume Éléonore
Henri Élisabeth
Hugues Émilie
Jacques Ève
Jean Françoise
Jean-Claude Geneviève
Jean-François Hélène
Jean-Louis Irène
Jean-Paul Isabelle
Jean-Philippe Janine
Jean-Pierre Jeanne
Jérôme Joséphine
Joël Judith
Joseph Laure
Laurent Lise
Léon Louise
Louis Lucie
Luc Marguerite
Marc Marie
Matthieu Marie-Anne
Michel Marie-Hélène
Nicolas Marie-Louise
Olivier Marie-Thérèse
Patrick Marthe
Paul Michèle
Philippe Monique
Pierre Nathalie
Raoul Nicole
Raphaël Patricia
Raymond Pauline
Richard Rachel
Robert Renée
Roger Rose
Samuel Sophie
Simon Suzanne
Thomas Sylvie
Vincent Thérèse
Yves Virginie
Viviane

aprile 25, 2006

So what's on the menu 2nite?

Sebenernya saya udah melihat mereka beberapa kali. Dan tidak percaya. Entrepeneurship umat manusia emang selalu berevolusi. Kenapa sih sebelumnya tidak "terlintas" - kenapa harus menunggu abad ke-21 baru ide cemerlang ini terealisasi. Bagaimana kaum bourgeoise bisa menunggu selama ini, adalah murni keajaiban belaka.

Pertama kali saya melihatnya via Frenchnews FR2, le journal, yang disiarkan di TV etnik di kota ini.

Lalu beberapa saat kemudian, saat tengah berjalan tanpa arah di salah satu suburb di sini, berpapasan dengan van mereka. Gourmet Chef - at your home - call 0404xxxxxxx.

Chef, French for "leader", direduksi oleh Anglosaksons menjadi "hanya" sebuah profesi, seseorang di dapur sebuah restoran, seorang yang dianggap/diharap bisa membuat kejaiban dengan ingrediants dengan lentikan jari-jarinya, membuat foodies dan food critics menggelinjang di bangku mereka.

Sayangnya untuk mencari chef yang decent, para diners harus berkusruh-kusruh memilih (and actually go there) restoran. Tapi bagaimana kalau kita sedang malas, appetite tetap high, tapi kaki menolak disuruh melangkah barang sedepakpun. Who yer gonna call?

Err ... bukan Ghostbusters lah!

Bukan cuma Paris yang terkenal sebagai pusat grastronomi dan signature dish mereka garlic-fried escargot (No, Paris is actually known for its .... err, anyone? Help!). Kota Opera by the Harbour ini pun tak mau kalah snob, heck if the Frogs can do it, well so can we! Sydeysiders absolutely fancy seeing of themselves as the Newyorkers of the Pacific : well-attired, chic, smart, ambitious, with less 'tude thanksverymuch.

Maka ide "mendatangkan", memiliki chef professional untuk semalam saja, pun kini menjamur. Tetapkan budget kamu, angkat telepon, diskusikan menu, dan silakan undang teman-temanmu untuk acara santap makan chez moi (at my place) at such and such date.

Hari H pun si chef akan datang beberapa jam sebelum jam makan malam si host. Lengkap dengan semua bahan pangan dan alat makan, dapur kita pun dijamin akan tetap bersih. Menurut situs web mereka, kamu bisa memilih menu untuk family, dinner for two, dinner parties, picnic, team building (hey boss, look I've just got a grand idea how to teamwork better, lets do this eh ...) - di google lokal, halaman pertamanya saja keluar lebih dari selusin jasa serupa.

Tapi berapa sih tarif per malam seorang chef profesional? Lebih dari tiga juta rupiah untuk empat courses. Untuk tiga jam saja.

--- personalchefs.com.au ---
AUD$445 for 3 hr service (extra persons $110p/p)

For a special dinner4two in the luxury and intimacy of your own
home. A personal chef will come to you and prepare a luxuriant four course
dinner for you and your partner.

Your Personal Chef will set your dining table with fine linen, crockery, and flowers. The meal and wine will then be discreetly served so you can enjoy a truly romantic dinner. Dinner includes four courses.


Woaah ... $445 sure buys heaps of takeaways for those long winter nights.

Note to self : you're not one of those nouveau-riches ]

Dan di belahan bumi lainnya? Jakarta? Lyon? Rio? Tokyo? Cordoba? Zurich?



aprile 24, 2006

bra

bra for brassière, please

Lucunya, lingerie, under garment, khusus wanita ini (kecuali kamu seorang tranny -lol) entah bagaimana terdistorsi sedemikian rupa.

Di RI: bra, beha, BH, kutang, semuanya merujuk kepada bra.

Bra diadopsi oleh Anglosaksons dari brassière, bahasa Perancis. Saya ngga yakin apakah bra adalah penemuan suku Gaul, kemungkinan besar iyah, tapi kadang hal yang paling obvious itu justru menyesatkan. Mengapa saya katakan begitu?

Karena bra dalam bahasa Perancis sendiri disebut ...

« soutien-gorge »
soutien = holder
gorge = the passage between the pharynx and the stomach, your oesophagus


+++
Addendum 25.04.06 : bra modern diintroduksi oleh seorang wanita Perancis 1889.
http://en.wikipedia.org/wiki/Brassiere

ANZAC DAY 25 April

Esok 25 April, di belahan bumi selatan ini, kami sibuk meng-komemorasi the ANZAC Day. Bisa dibilang ini Hari Pahlawannya suku Anglo-kiwi-ostralis. Bos saya pun setiap tahun tak pernah ketinggalan merayakannya, mulai dari ikut parade jalanan hingga yang lebih sederhana, lunch dengan kawannya di club RSL.

Saya bukanlah seorang historian dan Australian history sayabeh, bisa dibilang cetek banget. Maafkan kalau uraian di bawah ini tidak terlalu komprehensif/ akurat.

Asal muasal Hari Anzac berpulang kepada loyalitas kedua koloni ini kepada motherland mereka dan keluarga monarki Inggris tentu saja. Di tengah kancah PDI, Britania menyerukan dan memobilisasi, Selamatkan Eropa Selamatkan Demokrasi. Berangkatlah prajurit AUS dan NZ, dengan perahu tempur sederhana, ke Eropa. Dan tanggal 25 April 1915, mereka melandai di Gallipoli, Turki untuk meruntuhkan blok Fascisme. Dan hari tersebut melihat jatuh dan gelimpangnya putra, abang, cucu, ayah, paman, keponakan kedua negeri kecil ini, puluhan ribu kilometer dari rumah mereka, for a war that wasn’t theirs.

Di Gallipoli, Turki, setiap tahunnya ada pilgrimage, ribuan Australians tua dan muda yang sebelumnya telah tiba di Turki, berkulminasi di pantai Gallipoli, naik bukit, sambil berusaha menyelami apa yang terjadi di hari yang sama 1915. Biasanya ini adalah perjalanan «akil balik» bagi mereka yang kakek/ ayahnya gugur di tempat ini dan mencari jatidiri keluarganya. Berpuncak oleh upacara kecil dan perayaan yang dipimpin seorang pejabat penting, eg. Perdama Menteri atau Gubernur Jenderal Australia.

Di dalam negeri, perayaannya esok pagi berlangsung di penjuru negeri platipus ini. Biasanya ada dawn service, di kota besar dan kecil, di mana mereka melakukan seremoni solemn dan sombre alla militer plus tembakan ke udara dan meriam kosong. Siang harinya ada parade di arteri utama kota – yang ditelevisikan “live”, veterans berseragam korps dan atribut militer diiringi keluarganyaa family friendly event. Diikuti makan siang dan bercengkerama di RSL.

RSL adalah klub yang didirikan seusai PDI. The Returned Serviceman's Leagues, sebuah asosiasi bagi ex-serdadu yang berhasil kembali ke rumah. Dulunya ia sebuah klub tertutup, keanggotaan eksklusif, hanya ditujukan bagi prajurit dan keluarga terdekat mereka. Lalu RSL pun berevolusi, ia menjadi klub terbuka bagi umum.

Salah satutradisi” the Anzac Day adalah mereka akan bermain TWO UP, di mana judi ilegal ini akan “diperbolehkanhanya tanggal 25 April saja, polisi akan turn a blind eye.

Two up singkatnya adalah bentuk permainan judi paling sederhana. Modalnya hanya sebuah koin, masing-masing dari kedua kubu lalu memilih kepala atau buntut (bener ngga sih istilahnya). Misal saya memasang kepala dan bertaruh $10, saat koin dilentingkan dan heads menghadap ke atas, maka saya pun memampas $10 dari sang lawan. Sedangkan si pecundang hanya gigit jari, makin penasaran, dan bertaruh lagi. Lagi. Dan lagi. Itu sebabnya permainan yang populer di antara serdadu Australia dan NZ kala perang dunia akhirnya diilegalkan menjelang tahun 50-an.

Tidak dinyana, Two Up pun ternyata punya aturan dan regulasi, eg. ukuran “arena”, ketinggian minimum lentingan koin, berotasi sufficiently di udara. Bahkan ada beberapa kasino yang menggelarnya. Menurut Wikipedia loh, saya mah bukan penjudi. Sayang banget hard earned dosh ilang dalam sekejap.


ps. April 25 bukan dirayakan sendirian di sini, pun hari penting bagi la Repvbblica italiana, hari Nasional mereka. Adakah yang akan berkisah perayaan 25 April di Italia? Atau di bagian dunia lainnya?

++++++++++++++++++++++++

http://en.wikipedia.org/wiki/Anzac_Day
Australia and New Zealand commemorate the ANZAC Day public holiday on the 25th of April every year to honour the bravery and sacrifice of the members of the Australian and New Zealand Army Corps (ANZAC), and of all those who served their country. ANZAC Day is also a public holiday in Cook Islands, Niue, Samoa and Tonga.

The ANZAC tradition began during World War I with a landing in 1915 at Gallipoli on the Turkish Aegean coast. Because of a navigational error, the ANZACs came ashore about a mile north of the intended landing point. Instead of facing the expected beach and gentle slope they found themselves at the bottom of steep cliffs, offering the few Turkish defenders an ideal defensive position. Establishing a foothold, the Anzacs found an advance to be impossible. After eight months of stalemate, the Allies withdrew, leaving 10,000 dead amongst the Anzacs.

Although numerically the ANZAC were a minority of the half-million Allied men who served at Gallipoli, the troops from the two young nations were often at the vanguard and became renowned for their doggedness despite what the British regarded as a lack of discipline. A full 10% of the New Zealand population (then just under 1 million) served overseas during World War I, and New Zealand had the highest casualty and death rate per capita of any country involved in the war. Australia had the highest casualty rate of any military involved in the war.


http://en.wikipedia.org/wiki/Two-up
Two Up

Rules of the Game

The game is conducted in a flat circle of approximately 20 feet (6 metres) or larger. The only equipment required (aside from materials for tracking bets) is two coins (by tradition pre-decimal pennies), and a flat piece of wood called the "kip" approximately 8 inches in length which has holes carved in it to fit the coins neatly but loosely enough for the coins to come out when tossed.

The game is run by a "boxer", who calls the first "spinner" (one of the players around the circle) in to toss the coins. The spinner wagers an amount of their choice on either "heads" or "tails". Other players around the ring can then also bet on either "heads" or "tails".

Once all bets are taken, the boxer calls "no more bets", and the player tosses the coins in the air using the kip. To be a valid throw, they must go above the head height of the spinner, be rotating sufficiently and land entirely in the ring - if they do not the boxer calls "barred" and the throw is retaken. Ideally the call must occur before the coins settle.

If the coins land both on the same face, the round ends and non-spinning players bets are paid off, with people who bet on the same face as that landed winning. A new round of non-spinner bets is then taken before the spinner throws again.

If the coins come up with one tail and one head, the spinner spins again. If 5 "odds" come up, all players lose and a new spinner is selected.

If the spinner throws his nominated face three times before either 5 "odds" being thrown in a row, or a spin with both coins being the opposite face, the spinner wins and is paid at 7.5 to 1 (in most modern games).

aprile 23, 2006

Gubbio, Umbria


Foto pampasan untuk weekend ini bertema Gubbio, Umbria :




Italian Joy, Carla Coulson

[excerpt, page 125]

Italians love being together in big groups:
old men and women, young couples and singles, sisters, brothers, aunts, uncles,
friends and children are always included and almost nothing is done alone.
Italian men and women interact completely differently to those in Australia, and
the longer I live here the more fascinating their dance of love has become to
come.


One day while killing time at the railway station in Rome I was waiting
in a bar when a girl walked in; a cloud of Acqua di Sicilia (a perfume
reminiscent of oranges and lemons and summer in Sicily) followed her. She sat
near me, taking off her checked jacket and balancing it on the tips of her
shoulder. She wore a soft black wollen scarf doubled twice around her neck and a
pair of black leather gloves, and she was carrying a designer handbag. As she
move to light her cigarette, men and lighters appeared from everywhere. She
delicately balanced the cigarette between her fingers and slowly inhaled, her
mouth caressing the cigarette. From underneath her lashes she glanced up and
breathed grazie (thank you) to the man who had fallen over himself to
light it. As she exhaled, her face and neck straightened like that of a
ballerina ready to dance. The entire bar followed her every move, collectively
pausing, exhaling and moving their heads with her as though they were all
watching a game of tennis. The girl wasn't beautiful in a classic way, but her
every movement was delicate and precise and created an allure of sexiness around
her. The light seemed to go out when she finished her cigarette, put on her
jacket and left the bar.

aprile 22, 2006

una vita nella terra australis

...

How good is life in the southern hemisphere?

It may officially be autumn here, but for the love of Zeus, do we still make the best outta it.

It's a chill 15ºC this morning, checked my email and stuff, headed for the beach, meant to see Stu and Keiko (both from the ex-surfing class) then it was all splash splash babey.

Had a blast with a bit of white break surfing. Two hours of non stop frolic. Chill to the bone.

Came six o'clock post meridian, back to Stu&Keiko's apt, tea ceremony alla japonaise, first time ever.

Had about a round of half a dozen of nationalities.

Spanish salad with chorizo in the end.

Laughters and banters to finish the chilly night.

...

Pics to come ??? errr... sarebbe necessario?

aprile 21, 2006

April 21 hari ultah populer

...

Banyak yang tau kah bahwa tanggal 21 April bukan saja hari jadi/ ultah / anniversaire/ ibu Kartini saja .... tapi juga Ratu Elizabeth II. Oaaaahhh ...


Titelnya beruntun, Queen of England, of Australia, of Canada, of New Zealand, of Jersey island, of Malta (until circa ...), of Jamaicas and the American British Isles (until circa ...), of Malaysia (until circa 1960s), of Burma (circa ...), of Ceylon (until the 50/60s) of Brunei Darussalam (until 1984), of Hongkong (til 1997) dan (ex+)territories UK lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Ratu yang satu ini memang sangat berpengaruh. Yah kira-kira seperlima (sajalah) luas daratan di muka bumi ini dibawah kakinya.


Lucunya, Queen's birthday di AUS dirayakan masih dua bulan lagi, 25 Juni. Sedangkan di NZ, 12 Juni.


Mengapa bukan hari ini, tanggal 21 April saja?

Saya ngga punya jawabannya.


Tapi alangkah menyenangkannya, seandainya ultah saya, kamu, dan kita semua dirayakan multiple times spread over several months' time? Mesti rajin beli confetti dan teman-teman beli pita kado?


Housemates saya pernah bilang mereka dulu harus nyanyiin God Save the Queen, diajarkan di sekolah dan seremoni, hingga dekade 60-an, diganti oleh lagu yang dianggap lebih nasionalis «Advance Australia Fair» .... sedang anak sekolahan di RI sibuk merias untuk lomba baju daerah plus nyanyi Ibu kita Kartini putri sejati ... putri Indonesia ... harum namanya.... lalalala


ROLE AS MONARCH

In winter 1953 Her Majesty set out to accomplish, as Queen, the
Commonwealth tour she had begun before the death of her father. With The Duke of Edinburgh she visited Bermuda, Jamaica, Fiji, Tonga, New Zealand, Australia, Ceylon, Uganda, Malta and Gibraltar. This was the first of innumerable tours of the Commonwealth they have undertaken at the invitation of the host governments.

During the past five-and-a-half decades The Queen and Prince Philip have also made frequent visits to other countries outside the Commonwealth at the invitation of foreign Heads of State.

Since her Coronation, The Queen has also visited nearly every county in Britain, seeing new developments and achievements in industry, agriculture, education, the arts, medicine and sport and many other aspects of national life.

As Sovereign, Her Majesty is head of
the Navy, Army and Air Force of Britain. On becoming Queen she succeeded her father as Colonel-in-Chief of all the Guards Regiments and the Corps of Royal Engineers and as Captain-General of the Royal Regiment of Artillery and the Honourable Artillery Company. At her Coronation she assumed similar positions with a number of other units in Britain and elsewhere in the Commonwealth.

Every year, Her Majesty entertains some 48,000 people from all sections of
the community (including visitors from overseas) at Royal Garden Parties and other occasions. At least three garden parties take place at Buckingham Palace and a fourth at the Palace of Holyroodhouse, in Edinburgh. Additional 'special' parties are occasionally arranged, for example to mark a significant anniversary for a charity. In 1997, there was a special Royal Garden Party attended by those sharing The Queen and The Duke of Edinburgh's golden wedding anniversary. In the summer of 2002 there was a special Golden Jubilee Garden Party for individuals
born on Accession Day, 6 February 1952.

aprile 20, 2006

Quel bordel, disent-ils les fumeurs

A Tokyo, fumer dehors provoque des
amendes

LE MONDE 19.04.06 14h27
TOKYO
CORRESPONDANT

Chaque jour, par équipe de deux, revêtus de
vareuses jaunes sur lesquelles on peut lire "Des bonnes manières au respect de
la loi", une vingtaine de volontaires patrouillent dans les rues de
l'arrondissement de Chiyoda au centre de Tokyo. Ils traquent... les fumeurs en
vertu de l'arrêté municipal sans précédent, entré en vigueur en octobre 2002,
interdisant d'allumer une cigarette dans les rues de l'un des grands quartiers
d'affaires de la capitale.

...
Lucu ngga sih, suku Japon ngga pernah mau kalah dari bangsa lain, apalagi oleh negara Barat. Mereka bukan saja selalu meniru, mengkopi, memperbagus, menyempurnakan, walaupun kadang meng-invensi penemuan baru (Walkman), tapi juga mengalahkan mereka yang telah lebih dulu mengadopsinya.

Dan menurut artikel Le Monde di atas, telah diterapkan hukum anti rokok total di zona bisnis, tepat di tengah (smack bang of) Tokyo. Saya masih ingat Chiyoda, quarter nomor satu di kota sibuk Tokyo, salah satu distrik paling buzzing di pagi hari, gedung pemerintah menjulang berdempetan dengan kantor bank-bank dunia terkemuka.

Hukum tersebut menerapkan dan ada patrol pelarangan penyulutan tembakau di seluruh zona, indoor maupun outdoor, maupun di jalan-jalan, taman umum. Hasil positifnya, jumlah puntung telah berkurang 99% di jalan-jalan distrik Chiyoda.

Walaupun ini hanya satu zona, residents yang tinggal di Chiyoda 40 ribu orang misal 30%-nya aja perokok maka 12 ribu orang hidupnya pun lebih rumit dalam urusan tabagie, tapi kabarnya jika sukses akan diikut distrik bisnis di seluruh Japon.

Kamu bisa bayangkan betapa sukarnya hidup seorang perokok di Japon. Imajinasi liar saya membayangkan «Takahashi-san serta merta menolak promosi kumpeni-nya menjadi direktur Sales Marketing. Alasan, ternyata ia seorang perokok berat dan emoh dipindahkan ke kantor berlokasi di distrik non-smoking.» heheee...

Di AUS, saya akan gembira luar biasa jika CBD (Central Business District) kota ini punya hukum serupa. Larangan merokok total, bukan hanya indoor.

Atau di Jakarta (revolusi supir bis?) - Roma, Paris, London?

Tapi untuk sedikit lebih fair, sekiranya saya seorang perokok, saya pun akan mencak-mencak kebakaran jenggot kalau harus mengikuti hukum super strict tersebut. Di mana "hak" saya menikmati isapan tembakau, di ruang terbuka (taman, tepi jalan) belum ada penelitian yang bilang tindakan saya merugikan orang lain di sekitar.

Boh ...

aprile 19, 2006

pour poubelle


Junk Mail - Katalog sampah


Junkmail di sini dianggap sampah (oh how appropriate!). Ia membanjiri kotak surat kami dan jumlahnya melimpah tak terkira. Dalam seminggu satu household bisa dapet lebih dari dua lusin katalog belanja dari toko yang berbeda.

Apalagi menjelang Easter, aduh, para produsen gundah gulana tak terkira jikalau kami tidak membelanjakan uang untuk beli Easter bunny di tempat mereka.

Bahkan Easter Sunday pun, saya keluar rumah dan mendapatkan semua rumah di ruas jalan kami telah disumpali oleh junkmail (lihat foto). Angkat topi sombrero buat si distributor junkmail, hari libur nasional pun ia masih getol menyebar informasi.

Selepas Easter, bisa dibayangkan, karena spending spree konsumen telah jauh berkurang, tentu produsen dan supermarket besar akan lebih gila-gilaan. Pasti ada sale, stockout, turun harga, diskon raya, dan harga spesial. Yang tentu saja berarti lebih banyak lagi junkmail yang harus disebarkan ke suburbs.

Dan jangan lupakan, hari-hari biasapun kami telah kebanjiran junkmail.

Lingkaran sesat. Junkmail ini tak akan pernah berhenti mengalir.

aprile 18, 2006

What do you reckon?

Somebody's dwelling manicured to perfection with a sense of Tuscan manor décor?

Nah ... it's a hostel. That cheap haunt with a slant of roof for backpackers.

Only in Italy. Wicked eh.

United Nations butuh kitchenhand


Terusik oleh gugahan Silverlines.blogspot.com yang menyarankan mencoba bergabung dengan UN. Kantor JKT kah? Koneksi orang dalam dong.

heheee ^^/
Aduh, bukannya ngga mau. Dulu malah ide "mulia" ini malah bercokol di benak.

Silverlines menuduh saya multilingual ─beh ... tuduhan yang masih harus dibuktikan─ dan hal ini dicari oleh UN. Tak disangkal, imej publik terhadap UN adalah pegawai yang efisien (err.. ?), cerdas, dan menguasai bahasa asing di luar bahasa Inggris.

Lucunya, bahasa kerja (working language) yang diakui UN bukan hanya Inggris, melainkan ex-juggernauts Perancis, Spanyol, dan entah apa lagi sisanya (Jerman? atau malah sekarang Mandarin calon kuat kandidat). Namun, bukan rahasia umum, French kini terseok-seok, tajinya patah oleh bahasa suku Anglosakson.

Maafkan saya ibu pertiwi, saya hanya bisa bilang, Saya ngga punya pengalaman bekerja di Jakarta. Belum berkesempatan. Selepas SMU 1999, seperti ikan salmon di musim kawin, ikut gerombolan yang menuntuk ilmu ke negeri tetangga. Dan semenjak itu, pengalaman kerja saya justru terbatas dengan kompani lokal di AUS. Dan sepupu saya pun sekali waktu berujar «Aduh kamu udah keenakan di sana pas balik-balik malah survival skill kamu melempem, di JKT kerja emang lebih keras tapi kalo beruntung, ada kesempatan emas, dan kerja super giat justru bisa melesat pesat.»

Tak bisa disangkal, pekerjaan saya di sini cuma Senen-Kemis doang euy. Cuma buat hari ke hari. Karir tiada melaju. Tapi begitulah, saya pikir kerja di JKT tidak lebih nyaman daripada di sini. Pagi hari, ketegangan telah dimulai, apalagi keluarga di JKT biasanya berukuran lumayan besar, pagi hari adalah puncak hiruk-pikuk rumah tangga. Lalu di jalan, O My Godfather, macet tak terkira. Lalu remunerasi. Dengan jujur saya akan bilang, Siapa sih yang ngga akan milih pekerjaan sama dengan upah yang lebih tinggi. Plus keeksotikan berdomisili di luar RI.

Di ujung benak masih ada niatan untuk setidaknya mencoba adu nyali bekerja di RI. Entah kapan. Satu keinginan kecil adalah bekerja sukarela. Volunteering. Pengen nyari kepuasan hati tanpa liat figur remunerasi. Lagi-lagi entah kapan.

Bicara tentang kerja, saya bukan tidak kenal kerja keras. Mungkin ngga bisa dibilang kerja keras à la Sunda Kelapa. Tapi ... begini kisahnya, minggu ketiga setibanya saya di kota ini, gerah hati melihat waktu kosong terbuang di gutter, sementara ongkos hidup boh ... menggila -apalagi pendatang baru dari Asia, non-Japan, yang tiba di sini, si dolar kangguru bak kollosus perkasa. Saya putuskan mencari pekerjaan.

Dan pekerjaan pertama saya : Kitchenhand, saudara-saudari sekalian. Salah satu gawean paling sukar. Tak jauh dari sekolah ada sepucuk notice paper, WANTED, dan jadilah saya menjadi tenaga pembantu di dapur mereka. Club merangkap kafe, bar, pub, dan night club-cum-discotheque.

Jadwal kerja 10 pm - 1 am. Dan malam pertama, pulang rumah, capenya luar biasa.
Singkat cerita, tak sampai dua minggu kemudian. Leslie, si manager dapur, ingin bicara dengan saya.

"Well, there's no easy way to say this. I'm afraid we have to let you go".

Let me go alright they did. Tadinya saya pikir, apa salah saya. Kerja selalu masuk, tepat waktu, dan semua tugas kelar. Rupanya performansi saya di dapur tak cukup layak bagi mereka. Hal ini terkonfirmasi oleh pekerjaan kedua saya, masih juga kitchenhand di sebuah kafe milik seorang ibu-ibu beraksen Germania. Dan mereka pun "melepaskan" saya tak lebih dari seminggu.

Semenjak itu, saya tak pernah lagi berani meremehkan ke-krusial-an seorang kitchenhand yang tampak sering bersakit-sakit di dapur. Atau malah ditindas si majikan. Ini adalah pekerjaan susah, berupah sangat rendah (majikan saya juga memilih tidak membayar pajak, alias gelap) dan prone to abuse.

D'accord ?

aprile 17, 2006


Edisi Liburan Paskah
II

Masa liburan saya berekuivalen dengan off work, “catching up with what’s normally not possible” berarti tidur siang hampir tiap hari, ke pantai berjemur sambil membaca buku, berenang hilir mudik di kolam publik, sejenak menikmati mentari autumn dan gigitan air beku yang menggigit kulit hingga ke sumsum (sekeluarnya dari kolam!).

Dan kegiatan lainnya adalah, menonton DVD. Kali ini bukan DVD film. Tapi dokumentari perjalanan, produksi Pilot Guide, perusahaan berbasis di Britania Raya dan seri setengah jam-nya di Discovery Channel jarang sekali mengecewakan.

Destinasi : Italia

Saya hanya bisa bilang, dengan segala kebiasan saya, kedua pemandunya adalah gadis muda asal Amerika. Mereka menjunjung backpack besar di punggung, entah hanya sekedar aksesori atau cameo, tapi ada beberapa unit di mana saya mendapatkan impresi acara ini bak dipandu oleh seorang peserta “The Amazing Race” di mana si peserta dengan segala ke-Americanisme-an mereka membuat saya menjulingkan mata. Bad Italian, bad fakish Italian accent, bad American accent, bad American 'tude ... beh, untungnya hal-hal tersebut terbalas oleh keindahan panorama dan keunikan kota-kota Italia. Dan beberapa insight unik yang menyegarkan.

Sinter Klaas, minggirlah!

Di negara-negara Anglo biasanya menjelang natal ada jasa “mocking” oleh Kantor Pos. Di Australia misalnya, kita bisa menulis kepada Santa Claus, North Pole, baik dewasa dan kanak-kanak, yang nantinya akan menerima balasan dari Santa himself. Ternyata bukan hanya Father Christmas yang se-spesial itu.

Di Italia, layanan serupa pun ada bagi Juliette. Atau nama lokalnya, Giuletta. Romeo dan Juliet, personnage khayalan Shakespeare, ber-origin di Verona, utara Italia. Dan jikalau kita menulis surat seperti ini:

JULIETTE
VERONA, ITALY

kemungkinan kita akan mendapat balasan. Di kota Verona, ternyata ada sekelompok sukarelawati yang menyortir dan menjawab setiap surat –kebanyakan surat cinta, atau surat berisi problematika asmara- yang ditujukan bagi Juliet.

Anyone takin’ up the offer?

+++ Carissima Giuletta … ho un problema! Aiutoooooooooooo ...!

aprile 16, 2006






Satu hal yang sedikit menyebalkan menjelang dan saat hari-hari libur nasional adalah ... harga-harga menggembungkan diri bak atraksi balon panas bulan Januari di Canberra.

Yang positif :

  1. pekerja mendapat tarif upah berbeda, normalnya antara 2x dan 2.5x normal. Hal ini diatur oleh industrial relation law; maka itu mereka yang bekerja di sektor gelap, tanpa visa kerja, atau bekerja tanpa membayar pajak, eg. pekerja di Chinatown, tak bisa menikmati status ini.
  2. bagi publik umum, resto, toko, café dan beroperasi saat tanggalan merah adalah berkah.
  3. menggairahkan ekonomi lokal, efeknya + bagi ekonomi nasional. Yah efek domino lah.
Sedangkan aspek negatif :
  1. pekerja kecil kehilangan kesempatan menikmati hari libur nasional, berkumpul dengan keluarga, demi bekerja atau kadang juga demi upah yang lebih tinggi dari hari biasa.
  2. bagi publik, harga meningkat.
    • harga bensin bisa naik 20 cents per liter dengan mudahnya.
    • surcharge 10% untuk urusan perut. Pizza Hut, resto, kafé semua menambahkan sepuluh persen di atas bill. Alasan, untuk menutupi ongkos membayar ekstra pegawai mereka.
    • hotel, motel, dan apartemen temporari, dan tempat menginap bagi mereka yang butuh di saat peak season ini, tarif sewa mendadak 200%-300% tanpa tedeng aling-aling.


Dan seperti apakah schedule seorang émigré asal Asia tinggal di negara anglosakson, saat liburan Easter / Paskah dengan deretan tanggalan merah tak berujung (seemingly), dan ia seperti kebanyakan Sydneysiders lainnya, tidak merayakannya.

Hit the plonk?

Errr ... maybe not.

Hit the opera, you said?

Hmm .. let's tone it down a tad.

Enrico Mancinelli, prof Italian saya menjabarkan dengan mata berbinar. Keluarganya asal Napoli (Naples) 2 jam ke Selatan dari Roma. In Italian : Well, it's going to be quiet, just family this year. Good Friday, I'm preparing seafood just simply grilled and with egg (I can't recall the details) that's a Napolitana Easter dish. Then the day after my family and I going to see my parents, then my wife's parents. Then Easter Sunday, relatives coming to my place, I'll have about fifteen guests.... (dan dia memberikan kuliah singkat menu Italian yang bakal disiapkannya, mamma mia, ludah netes di atas buku teks saya drip drip drip ...)

Yea, so much for a quiet Easter this year!

Anyhuuu, Easter bukanlah Easter tanpa telur coklat kejutan. Dua hari sebelum Good Friday, Keiko dan Stuard mengirim SMS, ajakan menonton a theatre play.

What's it called? What's about?

Berondongan pertanyaan meluncur bertubi-tubi. Maklum, saya mah seorang novice bau kencur dalam hal teater dan plays. Dan saya pun tidak malu mengakuinya.

Pengalaman pertama saya. Melihat pertunjukan teater, maksudnya. Di Nice. France. Seorang teman ia seorang pemain amatiran dan seringkali diundang oleh kolega dan kawannya. Tiket gratos di tangan. Bah .. pourquoi pas ???

Aduh, aktor/aktris teater amatiran juga tak kalah glamor yah hidupnya. Selepas show, ada après-théâtre soirée, dan setiap pengunjung di lounge The National Theatre of Nice sibuk menggenggam gelas cocktail.

Dan kesempatan kembali materialisasi. Saya pun ikut memasukkan nama via Keiko, sebab membeli tiket grup jauh lebih murah, diskonnya lumayan untuk beli beras dan tahu keras di superkampret lokal saya.

Pre-theatre Stu, Keiko dan seorang teman lagi, Tanya, menginjak kaki di suburb Newtown, mungkin pusat resto Thai se-Pasifik, setidaknya se-benua ini, karena resto Thai di sini bukan lagi shoulder to shoulder melainkan neck to neck, bum to bum, saking banyaknya. Dan siapa lagi yang diuntungkan kalo bukan diners macam kami ini.

Karena tak punya banyak waktu luang, kami tak terlalu picky, resto terdekat yang telah tenar, Thai Po Thong. Menu kami sangat simple, dan tidak pedas sama sekali, Stu wanti-wanti, I'm not into spicy hot dish guys, sebelum akhirnya ia setuju kami share the meals lebih banyak pilihan. Adalah tidak adil kalau saya jabarkan menu pilihan kami. Katakanlah, perut dan lidah kami satiated dan pelayanan di resto tersebut sangat overwhelming, hingga berbatasan dengan annoying. Ada lebih banyak pelayan dan pelayanwati daripada diners, sehingga setiap dua menit sekali ada saja yang menghampiri mengecek piring, mangkok, dan gelas kami. No, thanks, we're not finished with that. Mah ... cosa succede?

Dan play-nya. O boy, did we have a grand time during the two hours show. Semi sitcomy, semi teatrikal, «The Subtle Art of Flirting» was not that subtle nevertheless. Komedinya sangat modern, non-SNAG Aussie bloke versus ultra confused girlfriend; career-oriented Western chick woke up and realised her biological clock was about to hit the menopause graph and hence desperately seeking a willing partner; gay guy being hit on so many times he decided he hated the Sydney social scene; cat fights à la The Matrix; awkward moments between couples; couples abashedly breaking up. You name it they got it.

All in all, the play was exhilarating, hilariously entertaining. The script was wittily written and executed to produce a seamless volley of laughters from the audience.

And to end the balsamicly warm night, we had a lazy stroll in the area, privately examining the fading façade of this once glamour now the alternative lifestyle hub of Sydney, ending up hitting a surprisingly still open til 11 pm gelateria. Miracle does happen sometimes! Dan buat saya, tiga scoops grazie: panna cotta, Ferrero, dan cassata.

Destinasi berikut: teater opera La Scala, Milano (???) ... beh, jangan putus asa, siapa tau!


http://sydney.citysearch.com.au/profile?id=57795
"The Subtle Art of Flirting is a warm and entertaining comedy, thanks to an enthusiastic cast and some sharp one-liners from writer-director Tunks."
Broadwayaustralia.com

The Subtle Art of Flirting follows the lives of eight Sydney singles as they look for love in the big city, all the while becoming masters of the art of flirting. This romantic comedy is written and directed by Wayne Tunks, who also stars alongside Nicole Da Silva (from All Saints), Sean Kennedy (Deck Dogz), Rebekah O'Sullivan (The Bill, Eastenders), Wayne Tunks, Duncan Armitage, Sam O'Dell and Charlene Ramage (The Bridesmaid Must Die!).

The play takes audiences into the situations and experiences known all too well to the singletons in society. From a laundromat to the racecourse, from choosing a pop song to become your anthem to bad dates, everything is covered and nothing is left behind. This play shows life at its best, worst and most embarrassing.