novembre 24, 2006

Cesena, Emilia Romagna

And I finally set foot in that special corner of "central Italy".

Perugia-Cesena via Ancona. And that's a pretty crap route, my friend. See, there's a direct bushway (thru the vineyards, so it should have been a scenic route too) between Perugia and Cesena or let's be more macro, between Umbria and Emilia Romagna, problem is (1) I got no car and (2) the train (courtesy of trenitalia of course) doesn't run between A and B in my agenda, most possibly given Umbria's little importance economic wise.

So there ya go buddy. Four bloody hours for a trip of just below 200kms. Fantastic. The anticipation, fortunately, buffers the boredom and worry.

Worry? What worry? Aint they say no worries mate.

Cesena is sandwiched between other "giants", eg. Bologna, Ravenna, Rimini, and Ancona.

I aint no expert on Cesena's historical bits. So would it be alright to pass the bucket now to the Indonesian romagnola: Tari. tarivancollem.blogspot.com

Enough to say that Cesena was a dominion of the Malatesta family (literally: headache; an aristrocrat who settled Cesena and Rimini in the 1500s) and true enough, the noble belligerent family gave enough headache as it warred with their neighbours the Sammarinese (of San Marino). Later on San Marino.

And to add the region is flat (landscape wise) no problems having a bike for any poor student (like moi!), dotted with numerous industries, big enough to feel half of western Europe, excellent access to the sea, beach, and generous portions of belle città (beautiful cities).

And enough to give a mention to the specialty of the region : the piadina romagnola. A nordic version of the pizza (of origin napolitain, of course, that one) easy enough to serve as jack of the trade tucker, good enough for lunch (fillings: cheese and salame, traditionally) or snack with more audacious, though popular with the ragazzi, toppings eg. nutella, or for that pre-dinner much with mates.


Bizarre menu in a Cesena restaurant, offering err... steamed naked men amongst other more normal dishes.


Cesenesi in bike


Fontana di Masini, Centro Cesena


Centro Cesena

ps. un caro abbraccio alla famiglia di V.Collem di Cesena. Grazie mille, of course, per tutta l'ospitalità e soprattutto dei tuoi cibi succelenti durante il mio breve soggiorno da voi. Era un gran piacere di avervi conosciuti. A dopo, magari in Umbria alla prossima. ciao ciao al piccolino, scimmia italo-indollandese vostra.

novembre 20, 2006

Gli Umbri, ma che combinano?



Housemates, dinner, bermain kartu dan teman-teman mereka.

Dan sebenarnya bukan saja gli Umbri (penghuni regione Umbria) tapi di foto tersebut juga ada seorang Siciliana dan seorang Calabrese.

novembre 18, 2006

Prof bau ketek, anybody?

...

Satu pertanyaan simpel, yang harus saya konfrontasi hingga enam minggu ke depan :

apa yang terjadi jikalau professor kamu bau ketek?

--- dan saya kebetulan duduk di baris terdepan, tereksposi oleh ketek sang professor saya.

dan bagaimana memberitaukannya?

...

postscriptum. padahal selama ini jarang banget loh nemuin orang Italia yg bau badan, sialnya kali ini prof history saya.

novembre 06, 2006

Mangia!

Moah ...

Si vive bene in Italia.

As goes the saying here in the land of pasta. And boy, do the Italians eat!

+++

Tidak seperti suku Franks (si Kodok, the frogs) dari Utara, orang Italia tidak pernah berkoar bahwa la cucina italiana (the Italian cuisine) itu paramount dalam hal segala hal.

Memang, Italians seringkali berujar, di antara mereka sendiri, sangat tipikal bahkan, cuisine mereka lebih superior dari Perancis.

1. lebih simpel tapi tetap elegan
2. lebih mudah dipersiapkan (eg. pasta - si makanan delapan menit itu!)
3. lebih mendunia dan merakyat (IT restaurants cost less than French ??? Eh certo!)
4. lebih sehat (pasta tidak menggemukkan menurut semua ahli gizi di Italia yang telah tampil di televisi!)
5. tidak sok chic, tidak sok elegan, tidak sok harus beli vino DOC seharga ratusan Euros seperti i Francesi (the French) sana.
6. kualitas makanan dan vino Italian pun tidak kalah, walau mungkin kalah prestige (?) - terbuka untuk diperdebatkan yang pasti

Anyhow, beberapa catatan untuk menunjukkan betapa seriusnya mereka dalam urusan perut :

§§§--- di televisi, antara jam enam dan delapan pagi, selalu ada sisipan rubrik pagelaran makanan in stagione (in season) ... suatu ketika, buah pir, maka studio RAI (TV nasional Italia) pun disulap menjadi kingdom of pear, plus petani pir dengan senyum lebarnya, ahli-ahli gizi dan pakar nutrisi, tak ketinggalan ibu-ibu rumah tangga biasa yang bersiap membagikan resep rahasia keluarga temurunnya kepada seluruh nation Italia.

§§§--- weekend, lebih parah lagi. Dari pagi hingga siang ada banyak acara travel dan makan. Si jurnalis beruntung itu maka pura-pura mengembara hingga ke pelosok dan pedalaman Sicilia atau Sardinia, namun tentunya ujung-ujungnya sang jurnalis akan menemukan seorang local chef, atau si nelayan, yang memasakannya santapan seafood segar. Bayangkan perasaan pemirsa!

§§§--- setiap region, atau bahkan setiap kota selalu mengklaim punya specialità yang menurut saya sedikit dieksagerasi. Contoh, di region saya, Umbria yang terkenal adalah salame Norcia, saking terkenalnya bahkan Norcia masuk peta gastronomi Italia. Namun, Norcia, desa kecil di tepian provinsi ini dianggap, hmm, mungkin kurang pantas mewakili region, maka di dekat rumah saya pun, Perugia (capoluogo, atau "ibukota") bisa ditemukan deretan gantungan salami di salumeria di centro, semuanya tak malu-malu diklaim "produk terbaik" padahal salame perugino itu tak beda rasa dengan salame biasa à la supermarket. Tapi mau bilang apa lagi, mereka sangat bangga dengan produk lokalnya. Viva il slowfood!

Buon appetito!