novembre 28, 2009

8 Langkah Menjadi Penulis «Travel»


8 Langkah Menjadi Penulis «Travel»
Gama Harjono / www.unmacchiato.blogspot.com
Penulis GagasMedia, penulis freelance JakartaPost

Senang menulis, sudah atau ingin menerbitkan tulisanmu? Hobi jalan-jalan, bertualang dan menjelajah tempat baru. Perfect. Gabungkan keduanya et voilà, seorang travel writer lahir dari dirimu. Kebanyakan dari kita bukanlah Triniti si Wanita Backpackacker Indonesia pertama, yang bisa membuat siapapun yang membaca tulisannya langsung ingin menyambangi lokasi-lokasi eksotis tersebut.

Menjadi travel writer adalah profesi yang diirikan banyak orang. Penulis travel yang terkenal bukan saja mendapat diskon di hotel-hotel untuk review, tetapi juga sponsor dari perusahan-perusahaan, airlines, resorts, bahkan tiket business class dari pemerintahan asing yang ingin mempromosikan pariwisata mereka.

Resep dasar seorang calon travel writer ialah rajin baca artikel perjalanan di media cetak. Setiap penulis punya gaya masing-masing. Setiap tempat punya cerita menarik. Kembangkan idea yang ada, gali sudut-sudut baru. Buat kisah biasa menjadi luar biasa, tanpa melebih-lebihkan. Ubah kisah klise menjadi cerita cerdas nan cantik.

1. Keep a diary. Bisa diari klasik, alias buku tulis bergaris, atau blog. Yang penting rajin "merekam" kejadian-kejadian. Misalnya, ... «
Gila euy, pesta kepulangan Alan dari Rusia keren banget. Meskipun alamat udah di tangan, tapi ternyata nggak gampang menemukan tempatnya yang tersembunyi. Aku ke sana bareng Adit dan Senja. Yah, enakan ada teman, buat jaga-jaga kalo party ternyata boring. Eeeuh, jauh banget dari kesan boring... Lokasi Porta Sole, yang jauh tinggi di puncak bukit tetapi begitu misterius. Kita nelpon Alan berkali-kali, dia bilang ikuti saja lilin-lilin yang menyala. Dan emang banyak lilin yang menyala sepanjang ratusan anak tangga itu. Party yang menyenangkan. Tempatnya sejuk, banyak daun-daun pepohonan bouganville. Bulan purnama menerangi kebun di lereng bukit... »

2. Poin pertama di atas merekam banyak detil-detil. Deskripsi tempat, ambience, atmosfir sungguh esensial untuk berhasil membawa pembaca seakan berada di tempat tersebut.

3. Data. Seorang penulis travel harus rajin mencari data. Sebelum. Ketika. Sesudah perjalanan. Rajin membaca, tulis poin-poin yang ingin di-eksplore, tema, misalnya "Gereja-Mesjid di Sisilia" atau "Biennale Sydney".

Nyari suvenir dan oleh-oleh penting. Dan sah-sah aja. Tetapi jangan lupa bahwa travel writer punya "tujuan" khusus. Yakni mengenal baik destinasi agar bisa di-share kepada orang lain yang belum pernah ke sana.

Kata editor senior GagasMedia, Windy, "jadilah mata dan telinga buat calon pembaca". Tip yang oke banget. Bisa juga jadi telinga jika hobi upload video di youtube dan siapa tahu kamu jadi kandidat berikut di kompetisi Gawe Paling Mantep Sedunia, alias "The World's Best Job".

4. Kenali orang-orang lokal. Locals give you insider perspectives and insights. Ngobrol dengan mereka. Tanya apa yang mereka lakukan untuk rileks di kota/desa mereka tinggal? Apa makanan spesial mereka?

Dan ini membawa kita menuju wisata kuliner. Okay, lupakan Pak Bondan yang mencicipi goulash di Hungaria, atau menyisip wine Beaujolais di Dijon. Sebagai wartawan kuliner amatir, kita bisa menyusuri restoran lokal yang tidak bikin jebol kantong. Gimana kalau kita mengilik Tourte de Blette, kue lezat seharga 2 Euro per piece yang hanya bisa ditemukan di kota Nice.

5. Jelajahi tempat-tempat tak biasa. Paris? Ya, ya, kebanyakan orang mau bertamasya di Paris, piknik di tepian sungai Seine di hari Minggu yang cerah. Tapi itu biasa, jutaan orang menginjak kaki di Paris setiap tahunnya. Coba, misalnya, "mencari jejak Ksatria Templar di Valetta, Malta" terdengar unik dan mengundang banyak tanda tanya, bukan?

Kalau kita harus mengulas daerah yang populer. Singapura, misalnya, di mana jutaan warga Indonesia berakhir pekan. Kita bisa mencari sudut yang menarik. "Singapore sling, the Real One" sambil berleha-leha di sore hari. Bisa jadi ide yang unik, kan?

6. Foto. Kurangi foto narsis snapshot, pelajari teknik travelling photography. Kualitas harus prima. Ingat, kita memoto untuk jutaan calon pembaca, bukan cuma buat kawan-kawan dan keluarga, atau sekadar untuk dipameri dan dikomentari di Fesbuk.

7. Untuk menembus surat kabar berbahasa asing nggak gampang. Tapi nggak mustahil. Dalam hal ini, tentu saja kemampuan berbahasa jadi aset utama, bahasa Inggris kita harus bersih dari grammar error. Siapkan tulisan 1000-1500 kata, simpan di file Word, sertakan foto berukuran kecil di attachment, dan kirim ke Redaksi. Mereka pasti akan menghubungimu kalau artikelmu dianggap menarik. Redaksi juga akan mengedit dan menyempurnakan tulisan sebelum diterbitkan. Honornya, lumayan.

8. Fokus kepada pembaca. Siapa? Apa latar belakang mereka? Apa yang mereka cari? Menulis buku dengan target remaja dan mahasiswa kita bisa lebih lugas dan agak ngegaul. Gue, elo, bisa dipakai. Kita bisa nyelengeh sedikit dengan fokus "fun", misalnya, tetap diutamakan.

Nulis di majalah beda lagi. Di sini, kaidah berbahasa lebih strict, pembaca pun spesifik, CLEO, pembaca bisa dipastikan cewek up to 25. Maka, kita bisa mengupas perjalanan "seksi", misalnya nudist beach.

Nah, koran cetak karena eksposur dan jangkauannya luas dan dibaca oleh keluarga, tone yang kita terapkan jadi agak umum dan PG+13. Misalnya, fitur kota Avignon atau kota Aix-en-Provence. Apa aja sih menarik di kota itu? Kita bisa sisipkan tips umum, juga. Misalnya, restoran ramah-bujet di tengah kota.

ps. Avignon terkenal dengan Istana Sri Paus (le Palais des Papes) sedang Aix terkenal dengan kolam-kolam air mancur dan gaya hidup Provence!

Semoga bermanfaat dan ingat, jadilah "mata" dan "indera" bagi calon pembacamu! Selamat menjadi travel writer.

novembre 07, 2009

Penjual sayur dan buah di Spanyol



Penjual sayur dan buah di Spanyol