dicembre 17, 2007

Kopinya pahit, gelasnya kecil

Entah kapan terakhir gue ke Starbucks. Terlalu banyak lama purnama untuk gue mengingatnya.

Hingga kemarin. Gue putuskan untuk menjejakkan kaki di bintang hijau Grand Indonesia.

Di counter hanya ada dua cewe, satu kasir satu barista (at least she wears the apron!).

- Mbak, macchiatto satu yah.

"Mas... yakin pesen ini? Espresso itu kopi pekat dan pahit loh!"

Gue cuma ngangguk. Yakin, kok, Mbak.

Ngga lama kemudian, yang satu lagi angkat bicara dari balik apronnya.

"Mas gelasnya seperti ini, kecil loh! Ngga apa-apa nih? Yakin?" teriaknya, sambil menunjukkan cangkir espresso seakan ingin menjelaskan satu tambah satu sama dengan dua untuk pertama kalinya kepada gue.

- Iyah, Mbak.

Gue menggangguk.

Wow, ini mungkin yang dimaksud oleh Ve Handojo dengan kisahnya saat gerai kopi-cepat saji buka pertama kalinya di Indonesia: sekelompok bapak-bapak berkumis masuk dan cepat-cepat mengambil tempat duduk, sambil berteriak kepada sang kasir di balik counter, "Mas kupinya yah!"

1 comments:

Anonimo ha detto...

jadi, masih kepingin ngopi di situ? :D