maggio 26, 2006

Maniérisme asiatique c'est quoi?

Sebenernya protokol meja (table manner) à la Asia itu benar adakah? Atau hanya desas desus di balik tirai keeksotisan Oriental saja? Atau, barangkali, hanya negeri Japon yang dapat diakui ber-manner tinggi, karena mereka rata-rata sangat sopan dan terpelajar.
Dan tadi saat makan siang, di food court padat dipenuhi pengunjung kelaparan, seorang bapa-bapa Asia usia 30-an duduk diagonal dari meja saya.

Dan ia sangat menikmati makan siangnya, nasi dengan lauk. Mungkin saking nikmatnya, ia pun membuat suara.

^^

Srurrp sruupp …

Kalo santapannya mi atau sup yah maklum, tapi ini nasi dengan lauk dan daging. Di benak saya berpikir, kalau seorang lokal Anglosakson yang menyaksikan peristiwa ini, tak layak stereotyping-nya pun akan semakin solid: orang Asia semuanya ngga kenal table manner. Apalagi kalau dilengkapi dengan Tour de Chinatown.

Balik enam tahun lalu, saya baru masuk ke sharehouse dan pertama kalinya punya housemates bule anglosakson. Dan tiga bulan pertama ... atrocity.

Memalukan tapi mau gimana lagi. Itu terjadi. Nasi udah jadi bubur ayam.

Housemates seringkali bilang, Stop making noise. Saat saya tengah asik makan. hehe

^^

Lalu, Try to be a bit quiet when you munch and less clattery with the plate too.

Beh !

Oaah ... tapi sejak itu saya pun lebih sadar saat tengah makan atau mengunyah.

Ah, siapa bilang suku Barat sempurna dalam segala hal. Satu hal yang saya ngga mengerti, menyemprot hidung baik bersin maupun mengeluarkan cairan ingus, bisa-bisanya dengan kasualnya dianggap normal, selama kita bilang, Excuse me, semuanya kembali indah.

Kalo bersin, hemat saya, iyalah emang ngga bisa ditahan. Tapi kalo lagi di tempat umum, eg. di kafe, terutama di kereta, tau-tau bule di samping, ngga wanita ngga pria, ngeluarin sapu tangan dan sroooot, srottt.

Dan saya cuma bisa melongo loh. Ini kan dianggap salah satu yang paling tidak sopan di RI.

Dan soal tangan SINISTRA. Perkara tangan kiri yang ngga bersih, ngga sopan, ngga layak dipakai. Maka, gunakanlah tangan kanan selalu, nasihat kepada semua bocah dan kanak di RI.

Seringkali classmates Anglo tanpa jengah berujar, So the left hand is considered impolite for Indonesians yeah?

Saya : Err yea, and in many parts of Asia as well.

+Why

Saya : Err ...

Boh!

Sampai di sini saya pun berusaha diplomatik, kadang jawab saya, Have you travelled a bit in Asia. Or the Middle East. Atau kadang response yang lebih gamblang kalo itu teman yang cukup baik, .... Well, the left hand side, in Indonesia, err you know, like ... when you go to the toilet ... what happens is ...

Hihihi ....

Tapi kadang kalo situasinya ngga layak ngebincangin hal-hal penuh intrik budaya dan kultur, paling saya tunda sambil beli waktu (buying time) ... Err, I'll tell you in a while orighty.

Sigap dan gegas bak Pramuka siaga kan saya??? ^^

17 comments:

Anonimo ha detto...

Mungkin tidak terlalu jelas table manner di Asia atau lebih tepatnya negara kita, lha wong makannya juga masih banyak di amben/ balai2. Tapi paling tidak kalu orkestra di waktu makan memang harus di hindari.


Soal tangan kiri, atau kanan, dulu sempat aku perdebatkan dengan suami. Langsung di jawab kalo dia ke belakang yg di pakai tangan kanan..nah lo..

Soal sroot..sroot, meskipun agak gimana tapi buat aku tidak begitu mengganggu. Yg paling menganggu adalah waktu 3 tahun yg lalu di Lufthansa lounge Frankfurt ada pasangan setengah baya dari Stati Uniti yg tanpa sungkan2 menangkringkan kakinya di coffee table. Petugas pembersih lounge asal Maroko merasa terganggu, aku dan suami pun demikian. Datang petugas kounter lounge yang menegur pasangan tadi: " ...excuse, in Germany normally we do not our (smelly) foot on the coffee table..
Tampak muka mereka merah dan berang..

Anonimo ha detto...

'lain padang lain belalang. dimana tanah dipijak, disitu langit dijunjung'

^^

ada baiknya untuk tau sedikit tentang manner ditiap negara, apalagi body gestures yang buat kita itu biasa aja, mungkin berkesan offending di negara orang.
just my two cents...

Anonimo ha detto...

wah, entry yang sangat menarik. table mannerkah??? kebetulan saya belajar bahasa prancis di pusat kebudayaan prancis dan cukup actif di les etudiènt club. satu hal yang saya belum terbiasa (sampai sekarang) dengan budaya sono adalah makan menggunakan pisau dan garpu, pisau di kanan dan garpu dikiri... canggungnya setengah bejat! pun bila ada teman yang menegur saya saat "bermain curang" saya seringnya berdalih dengan "gw kan wong cilik, bukan bangsawan =)"

terkadang bosen juga dengan peraturan, badan harus tegak, sendok yang menghampiri mulut (bukan sebaliknya) makan setenang mungkin bla bla bla. saya hanyalah manusia sederhana yang sudah sangat gembira dengan makan (jujur) nasi liwet dengan sambel + ikan asin dan duduk ngejoprak (bahasa sopannya; lesehan) dipematang sawah pada suatu derah di jawa barat dan ditemani dengan suara suling sunda dari bocah penggembala yang duduk diatas kerbaunya... Nikmaaaaat.

pada dasarnya kita nggak akan jadi "bener" dan nggak akan pernah "bener"
contoh:
bila kita (saya) mengambil nasi dengan takaran yang dibawah rata2 lalu cibiran pun terhempas "IH MAKANNYA KOK DIKIT SIH, KAYA PEREMPUAN AJA!!!"
lalu saat anda (saya) mengambil nasi dengan jumlah yang diatas rata2 pun cibiran bersambut "ABIS NGULI MAS???" atau "LAPER APA DOYAN LOE???"
Oh cukuplah sudah dengan table manner

Nah, kawan... sudah terbacakah table manner ku?
saya bukanlah tipe freak yang perduli dengan table manner (bila makan sendiri) tapi bila untuk menghormati sang tuan rumah dengan senang hati saya lakukan tapi jangan heran bila saya meminta sendok dan garpu.

Anonimo ha detto...

TARI : table manner di Asia kayanya unik. Tampak dari jauh mungkin tak se-refined à la Barat, tapi kalau dicermati ... kadang lebih nyaman makan di bale-bale, pake tangan (yg penting udah cuci tangan bersih!) ... dan lalepan. Dulu di sekitar rumah kami di JKT, di gang kecil, sore hari banyak pedagang lewat. Salah satunya si Asoy (iya itu street name-nya ^^) yang menjaja lalepan à la sunda, daun singkong atau daun apalah yang pait, dan mama saya suka sekali membelinya. Plus tetangga kiri kanan, si Asoy pun menjadi la primadonna kami antara jam 4 - 4.30. Dan lalepan ini dikonsumsi dg tangan begitu saja. Sayangnya spt banyak anak kecil, saya ngga suka sayuran pahit (sayuran masih, wortel rebus lumayanlah).

Plus cucina indonesia juga -sayangnya- direfined oleh suku Nederlander, diimpor ke sana malah, menjadi rijstafel, makan à la grande. Saya blm pernah menghadiri jamuan rijstafel. Di RI malah sedikit dikenal yah.

Soal tangan SINISTRA, response saya ke teman anglosakson, secara umum tangan kiri dianggap tidak sopan, gunakan tangan kanan. Tapi bagi yang tidak biasa dg kultur ini, atau tidak tahu, atao tidak bisa (cacat fisik) bagi suku Asia pun ngga akan dimasalahkan. Lain halnya saat orang Asia bertandang ke resto Eropa, kalo table manner-nya buruk image dan stereotype jelek pun langsung menyergap pikiran satu restoran semua. Itu pendapat saya sih.

KAPPA : justru di kelas gue siang tadi, di negara Eropa makin populer kelas etiket bagi profesional Oksidental yg hendak menjalin bisnis dg negara Asia. Sayangnya ada generalisasi, semua orang Asia itu kaku dan selalu "harus" menukar kartu bisnis, mengangsurkan kartu dengan kedua tangan dan membungkuk, padahal itu kan mainstream JPN dan CHN doang, bukan semua Asia. Pengetahuan etiket bagi gue, menarik euy.

JONATHAN :

Anonimo ha detto...

jonathan : saya juga sering canggung, tapi anggep aja itu sambil membuka cakrawala dunia, salah satu tekniknya adalah mengkopi teman meja sebelah, kalo mereka pake cuillière, ambil sendok, kalo baguette mesti dipatah dengan tangan, jangan ragu menyobeknya.

^^

Pengen nyoba nasi gila euy, smpe skrg blm pernah, mungkin mudik berikutnya. Ah ikan asin itu nikmat dg nasih putih di siang hari terik. Pake sambel juga.

Ttg komentar yg bilang, terlalu banyak, terlalu sedikit. Saya mah ngga ambil pusing, yg penting ngga berlebihan, takarannya pas, jangan sampe kekenyangan krn efeknya ngga enak (entah seberapa lezat makanannya).

Yg penting: When in Rome ... do as the the Milanese ?

Anonimo ha detto...

paling enak makan menurut saya adalah dimana saya bisa melipat kaki dan makan menggunakan tangan :)

kebanyakan manner terkadang membosankan, well, you indeed look more civilize tp tetep aja dunia merdeka lebih membahagiakan.

jepang bermanner? its boring! trust me! kebanyakan bongkok2, senyum2, dah keburu laper lagi hahahaha

eh 3 weeks to go huh?

Anonimo ha detto...

aku sih bingung sama yang namanya table manners. kali, selama nggak bikin malu diri sendiri ... untung juga selama ini nggak ada masalah dengan cara makan di meja. selalu coba nyesuain aja sama si empunya hajat. yang pasti, kemampuan makan dalam segala setting harus sering2 diasah. jadi kalo diajak makan tanpa peralatan makan (alias nyendok pake tangan) bisa... makan pake sumpit bisa... makan steak yang aujubileee kerasnya pake garpu dan piso bisaaa...

"disesuaikan dengan keadaan lah"

hihihi...

selaen itu, aku usaha setiap kali makan itu bersih, nggak sisa dan nggak berantakan. selaen lebih enak diliat, kan sayang juga kalo makanannya nggak habis cuma karena lapar mata. nggak hambur lah gitu :D

wah! jadi ngeblog di blognya macchi.

MACCHIIII!! gimana kabarnya? **rindu euy**

Anonimo ha detto...

table manner di japan? weks! makan di sebelah orang jp pasti nggak tahan ama suara slurrrpp... slurrpp... bener2 ngeganggu. nggak co nggak ce, makan berkuah nggak berkuah, mereka pasti bersuara. katanya sih suara adalah salah satu bagian tak terpisahkan dari ekspresi menikmati! belon lagi kalo mereka makan nasi pake telor mentah dan natto (fermented kacang kedelai yang bentuknya kayak telor alien dan berbau tak sedap), huaaaaa... dijamin muntah2 deh! :-(

Anonimo ha detto...

SMMP : 4, hihihi

HENNY : Beritaukan lagi, siapa itu yg ke resto terkemuka London dan hanya memesan meal termurah? ^^

CJ : tapi org-org JPN di sini biasanya sopan kok. Kalo menunya mengandung udon emang sih bakal sluuuurrpy

Anonimo ha detto...

menarik..menarik..

but i don;t really pay that much attention :P cuek saja.. heuheuehe

Anonimo ha detto...

Macc..di mana2 sama aja.. ga di Asia.. ga di Eropa, ga di Amerika ga juga di Afrika.. makin "melambung" kelasnya.. makin ribet cara makannya.. :D

Anonimo ha detto...

wd : iyah, makin bourgeosie adalah blessing/curse ??? Tapi saya pikir makan dengan tenang -tanpa suara berisik, kunyah kunyah bak kapal pecah- adalah essensial dan minimum, terutama di negari berkultur barat termasuk benua kangguru ini.

Anonimo ha detto...

ya, sayaaaaa?

hihihi.. bukan meal termurah, tapi makanan pembuka! hihihi, dan bukan yang paling murah lho. yang paling murah... ngga ada dagingnya ^^

makanan pembuka, mana udah dikit, mahal lagi.

nggak nahan euy bayarnya.... -_-

(habis itu kabur ke kebab place. bisa makan buanyaaaak dan tidak mahal, dan ga perlu duduk tegak menghadapi garpu, pisau, dan sendok yang begituuuu banyaknya).

Anonimo ha detto...

mungkin yah.. mungkin nih.. cuma mungkin..

mungkin makanan2 kita itu jauh lbh savoury daripada makanan bule. jadi menerbitkan jauh lbh banyak air liur. yg mbikin kita lbh ribut kalo makan.

mungkin yah.. mungkin doang.

tapi iya sih. gue lebih milih satu piring nasi gila atau makanan menado daripada satu porsi t-bone steak with the works...

Anonimo ha detto...

HENNY : ngga nahan bayar, brp quid kah? hihi. Eh kebab juga banyak yg enak, dan porsi kambing bunting pula.

PYRO : kpn masakin gue masakan manado?

Anonimo ha detto...

aturan makan bagi saya, yg awam ini, cobalah ke rumah makan padang, repot juga kalo mesti pake pisau garpu. juga, kalo makan nasi kebuli dalam satu tampah... dan lucunya, setidaknya bagi saya, makan pizza itu paling enak pake tangan, jadi miris, ngelihat seorang "coklat" beraura bangga, bertenaga, memotong sekerat roti... saat baru jadi suami-istri, manner kadang menjadi beban jaim (jaga image)... but, today... adalah biasa, tak perlu ada jaim dan protes, ...melihat istri mengangkat satu kaki, serta aku mengecap keras (make a noise)... hahahaha, bagiku seenak apapun makanan, semua hanya sebatas di lidah... hehehe
a proposito, memang, sih, kalo di tempat umum... sedikit jaim-lah hehehe

Anonimo ha detto...

qky : tak masalah dg manner di rumah, itu adalah urusan domestik. TAPI ... teori saya membuktikan kalo ngga dimulai dari rumah, sedari kecil, anak-anak RI akan canggung saat harus terjun ke dunia nyata, saat harus berbaur dg komunitas internasional yang .. contoh paling simpel, table manner ala barat bak siksaan (awalnya). Walaupun bisa dilatih, tapi kecanggungan seorang dewasa (adult) bisa kelihatan loh.