maggio 04, 2006

Venez & Allez

Dan mereka bilang, selalu ada dua sisi di atas sebuah kisah (two sides to a story).

Tampaknya akhir-akhir ini issue imigrasi jadi buah bibir -dan pemanis bibir juga?- di banyak bagian dunia.

+++

Amerika.

Renyah dengan problematika imigran hispanik mereka. Senator di Washington akan segera memvoting untuk reformasi radikal UU imigrasi yang intinya diramalkan akan mengakibatkan pendeportasian unprecedented berskala besar para imigran ilegal kembali ke kampungnya masing-masing.

CNN pun santer dengan gambar protes dan demonstrasi para Hispaniks, keluarga, dan simpatisan for the cause. Tujuan demo mereka two-folds, bukan saja menentang reformasi dan new Immigration bill, mereka juga menuntut pemutihan status ilegal mereka. Jadilah kebanyakan dari mereka yang bekerja di sektor informal mengambil hari libur untuk ikut berdemo. Argumen prinsipal mereka « America will cripple without us! » Dan harus diakui pengaruh pekerja ilegal ini memang luar biasa besarnya, kalau tidak salah ada 10 juta imigran gelap yang “terdata” sedangkan angka realistisnya bisa hingga 40 juta.

Argumen seorang ibu-ibu hispanik di CNN, dengan mata berlinang, We’re not criminals, we work hard; we like America, we want to stay here.

Senator Republikan membalas, We need to look at the fundamental issue. They have committed a criminal act based on our law. And we need to look at what’s best for the American people.

Mari kita tunggu babak final Bush&co menentukan kebijakan imgrasi US. Kayanya sih bakal ada perombakan massif. Bush dengan serta merta memutuskan Amerika pergi ke Irak tanpa konsensus dunia, akankah ia menyerah kepada desakan imigran ilegal?

+++

Perancis.

Menteri Interior (interal affairs) Nicolas Sarkozy sibuk melobi dan merancang draft hukum imigrasi Perancis yang rencananya akan segera berlaku. Ini disebut sebagai salah satu perombakan revolusional di mana La Republique française –beraspirasi seperti negara industrialis lainnya- ingin dapat menentukan siapa yang boleh “masuk”, siapa yang layak menetap, bukan sekedar menampung, mengayomi dan menghidupi imigran yang tiba en masse hingga menciptakan problem sosial tambahan.

Saya ngga terlalu jelas ide mendetilnya bagaimana, tetapi di kelas minggu lalu disentil sedikit issue "besar" ini. Pada pokoknya, seorang calon imigran (non-EU citizens) yang hendak meng-apply izin tinggal permanen (carte d'identité) harus mengantongi diploma «connaissance de la langue française» yang melingkupi beberapa pengetahuan dasar untuk hidup di sana, serta menjalani hal quotidian Perancis eg. ke dokter, pasar, toko, resto.

Saat ini seorang calon imigran tak perlu tahu satu kata pun bahasa Perancis, ia masih bisa menjadi residen. Tapi ini di-propose untuk segera berubah. No diploma no stay!

+++

Australia.

Di sini adalah sulit menjadi residen. Australia, seperti halnya Kanada, mengadopsi sistem imigrasi intake dengan sistem poin, jadi bukan sekedar undian kartu hijau (saya pernah loh sekali ikut! ^^ Dan anda kurang beruntung - LOL), yang sayangnya cukup panjang, rumit dan kompleks untuk dibincangkan kali ini (mungkin lain kali, jika ada yang tertarik ?).

Ada dua strata : pertama menjadi seorang residen. Seperti halnya saya yang dengan susah payah menempuh bahaya dan bencana demi secarik label untuk ditempelkan di paspor saya ini: permanent residency visa. Salah satu syarat yang "dapat" diminta oleh Departemen Imigrasi Australia adalah : proof of proficiency of the English language. Ini harus berupa sertifikat IELTS dengan skala entah berapa (6, kalau tidak salah). Bisa dimaklumi, sepanjang boom imigran Asia tahun 70/80an, kemampuan berbahasa Inggris baik bukanlah prasyarat dan Chinatown di sini pun dianggap sarang penyamun, kebanyakan hanya bisa bilang harga dan daftar menu.

Kini, seorang calon residen diminta bisa membuktikan dirinya mampu membawa dirinya, mampu berasimilasi, mampu mengerti komunitas lokal di sini. Sedangkan untuk aplikasi saya 2 tahun lalu, untungnya sertifikat IELTS tidak diminta (padahal udah deg-degan); tergantung juga sih, kabarnya kadang seorang graduate uni lokal di sini pun dianggap kemampuan Inggrisnya meragukan, pas-pasan, atau apalah, walaupun ia telah lulus major yang ditempuhnya.

Strata kedua : seorang residen asing mengambil kewarganegaraan kangguru. Saat ini prasyaratnya masih relatif ringan. Seorang residen harus telah tinggal dua (per lima tahun) di mana ia tak menetap di luar Australia 12 bulan teraktir menjelang aplikasinya.

Dan yang jadi debat hangat di parlemen, apakah seorang calon citizen harus melalui tahapan tes (bahasa dan pengetahuan lokal, sejarah). Hingga kini tak ada kejelasannya, hingga reformasi itu berlaku seorang newly-inaugurated Australian citizen tetap berpeluang tak bisa berbahasa lokal dengan baik!

Lalu issue lainnya adalah menaikkan masa residensinya, dari dua per lima tahun menjadi tiga.

Plus pengaruh terorisme global, Austraiiyaans pun menginginkan pengetatan cek catatan kriminal.

+++

Indonesia.

Negeri unik di mana hukum imigrasinya sangat tidak jelas.

Jangankan bicara tentang imigrasi intake berapa jumlahnya, bikin paspor untuk warga lokalnya saja susah. Di depan loket imgrasi: Pak, Bu, mau yang cepat jadi atau normal? Lalu, KITAS untuk orang asing yang menetap di RI pun setiap tahunnya harus diperbaharui. Saya ngga tau biayanya berapa, tapi ini bisa jadi "ladang basah" untuk memeras expats asing yang dianggap tajir bak sapi perahan bercap $$$.

Pun baru-baru ini juga santer rumour bahwa seorang asing harus bayar bond Rp. 500 jt untuk menikahi seorang wanita Indonesia.

Oaaa... kalo itu benar, malu-maluin banget sih, celah paling kecilpun dimanfaatkan mencari duit tambahan!

Dan wanita RI dihargai 500 jt per kepala ............ hmmmm?

4 comments:

Anonimo ha detto...

hebat..bisa nulis panjang bgt gt!500jt? not bad lah..msh dihargain segitu, drpd tidak sama sekali :P
love does cost a thing. gimana mo merit kalo ga punya duit ya? sigh....

Anonimo ha detto...

syl'v : J. lopez bukan sih yg berdendang love doesnt cost a thing? She got it all wrong! Menurut elo angka nominal segitu masih mending ?????? LOL Kalo gitu, gue hendak berkeluh: Woaaaaah .... knp sih pria RI ngga diperlakukan sama, berapa harga kami ini? Berapa? B E R A P A A A A A ?

Anonimo ha detto...

u know y? krn jrg pria Ri yg kawin ama WNA :p kalo dibandingkan dgn para wanitanya!
iye J Lo.

Anonimo ha detto...

sylv : emang sih. bisa juga krn si pembuat hukum di RI adalah smartarses semuah.