luglio 12, 2006

Post-Mondial, Italia è caput

Allo semua. Hidup alla student di sini itu ternyata bak pedang bermata dua. Memang sih, ini baru minggu kedua tapi udah empot-empotan. Otak saya.

Dengan total jam aktif 20hrs, yang dipadatkan dalam 3 hari, maka sisi baiknya saya jadi punya long weekend (eternal? LOL) sabtu, minggu dan senin. Sisi busuknya, Selasa Rabu Kamis ai ya ya stanco da morire, cape banget, karena ketiga hari itu super padat jadualnya. Apalagi, rasa-rasanya otak ini baru akan beranjak menuju program immersi totalnya, untuk srkg otak saya berpikir in Italian cuma saat kelas saja. Sisanya, yah masih didominasi Inggris, bahasa RI, dan sedikit French saat tengah self study (karena saya ngga mau kehilangan begitu aja French saya). Lucunya mimpi saya masih dalam bahasa Inggris, oaaaah … kapankah in Italian?

Ya uis, kali ini saya tinggalkan beberapa foto post-Mondial (Mondial = italian for the World Cup) … insiden Zidane-Mazzerotti sangat seru diikuti apalagi saya rajin ngikutin aktualita Italian dan French, hehe, media Perancis tentu aja sangat memihak ke Zizou anak emas imigran Algeria mereka, sedang media Italia masih mabuk kemenangan jadi apapun yang keluar dari mulut Mazzerotti dianggap la verita *truth. Info kecil tambahan Mazzerotti ternyata karakter antipati, walopun selama ini ia emang dianggap “biasa”, “normal” bahkan bagi seorang Mazzerotti. Prof saya berkomentar pagi ini, e’ pazzo (he’s a nutter, Mazzerotti!) LOL

Jendela-jendela kota Perugia dipenuhi spanduk, bendera dan ucapan selamat (kepada mereka sendiri).

ciao dari umbria








6 comments:

Anonimo ha detto...

Is it a typo or you wrote Mazerotti on purpose?
He has a negative aura from what it's shown ... and he gave a big impact on Italian's winning.
Should he be happy or feeling guilty?

Anonimo ha detto...

Setuju dengan Silverlines, Materazzi memang lebih pantas sebagai anak buahnya Provenzano daripada seorang footballer. Everton sengaja menjualnya kembali ke Perugia karena tingkah lakunya dan guess what..itupun masih ada utangnya....

Saya tadi sempet lihat wawancara Zizou di TF1, dia tidak menyebutkan detailnya tapi hanya menyinggung mama dan sister.

Tidak cukup di situ saja, seorang senator italia pun ikut nimbrung.

Comments by an Italian senator, ridiculing the "players of colour" within the French national team as "blacks, Muslims and Communists", show the problem spreads beyond football. It is astonishing that world football’s governing body, Fifa, had to wait for more than 41 hours before instituting a probe into the incident.

Sekarang saya paham, mengapa suami saya tidak pernah menyukai italia dan detailsnya selain sepatu dan fashion.

Ils sont fous c’est Romains

Anonimo ha detto...

Italia...dicintai tapi sekaligus dibenci...
sikap rasialis warna kulitnya itu lho...bisa keluar di saat mereka sudah terpojok...repot
kamu aman-aman kan mac :p

Anonimo ha detto...

apapun kejadiannya, apapun komentarnya, tidak ada untungnya buat kita. kalah dan menang hal yang sangat biasa. hanya, yang bikin ribet adalah pada saat seseorang, sekelompok orang, atau whoever, tidak bisa menerima kekalahan dengan baik, hingga merasa perlu untuk berkomentar yang kebanyakan negative tentu saja :)

Gak mungkin ada asep kalo ga ada apinya. maybe kasus zidane and materazzi bisa dijadikan contoh untuk kita semua, bahwa mengontrol mulut dan mengontrol emosi itu sangat penting. Kita nggak perlu susah susah menjelek2kan seseorang atau mengelu-elukan yang lain dengan membabi buta. biasa aja :) PEACE

Anonimo ha detto...

silverlines : typo, but I can't care any less.
paZZo = IT for "mad"
maZZerotti, hmm...

Mazerotti has not apologised (read the paper a couple of days ago) he added, its normal for players to swap insults on the green lawn.

tari : Provenzano itu siapa sih? Hehe, ngga kenal dg figur2 di sini euy.
Mazerotti memang perugino.

"Sekarang saya paham, mengapa suami saya tidak pernah menyukai italia dan detailsnya selain sepatu dan fashion."
mba Tari, menurut saya, ngga semua Italians begitu. Italians (bahkan Romans) yang saya kenal sgt baik, ramah. Yang penting adalah kita harus berusaha lebih baik dari mereka yg suka mencerca (edukasi, manner, kemampuan ekonomi, dll di diri kita)

hedi : knp saya NGGA aman? iyah baek2 aja.

diyan : satu faktor lain, pressure di pundak Zidane terlalu besar. Media di sini sampe bilang, Kasian sekali seluruh Perancis berharap terlalu besar kepadanya.

Anonimo ha detto...

Beuhhhh sekarang udah di Itali ajah ya... Keren juga tuh foto-fotonya. Selamat belajr dan berpusing ria hehehe