gennaio 18, 2009

RiceCookerino

Apa jadinya kalo ngga ada bangsa Jepang yang rajin menemukan produk berorientasi pada kepraktisan?

Jawabnya, menanak nasi bisa jadi problem yang ribet.

Sebagai cowok yang udah lama tinggal di luar rumah orang tua, bisa dibilang saya jago masak; yaaah untuk standar cowok Indonesia, setidaknya.

Housemate bulé Ostrali saya pertama kali melihat mesin penanak nasi yang saya bawa jauh-jauh dari DKI Jakarta - hahahaha, tipikal orang Asia banget, emang di Ostrali kaga ada rice cooker apa? - melongo terehek ehek.

Mesin yang ajaib. Colok dan press "Play", ooooops press "Cook", maka 20 menit kemudian nasi pulen hadir di meja makan bule-bule Ostrali yang gila dengan Asian cuisine. Lah, ya iyalah, Australian cuisine aja boleh nyolong inspirasi dari negara-negara lain.

Lalu di Itali, selain pasta, masak nasi juga jadi andalan mengganjal perut. Ada risotto, masakan berbasis nasi milik negeri Italia. Tapi lupakan risotto sejenak. Mari tengok housemates lokal saya.

Italia masih tergolong 'terpukau' dengan segala makanan eksotik, terutama makanan Asia. Malam Sabtu mau kencan chic? Ajaklah si dia ke resto Jepang.

Kantong kempes? Okay, va bene, ke resto Cina saja.

DI Italia saya punya alat memasak nasi juga. Tunggu dulu, bukan rice cooker semewah merek Breville di bawah ini.



***
Okay, saya akui saya kadang 'memulung' barang hibahan. Salah satunya adalah rice cooker "turun temurun". Pasti kamu sudah kenal dengan Senja dan Indri, kedua artis polos Sant'Erminio (cerita mereka ada di buku Ciao Italia!). Mereka berdua punya rice cooker pink. Model dan bentuknya persiiiiiis seperti ini:



Dan itu adalah rice cooker keramat. Mereka berdua memakainya bergantian. Setiap hari. Entah berapa liter beras sudah disulap menjadi nasi oleh si rice cooker mereka ini.

Dan ketika Senja dan Indri meninggalkan Perugia, akhirnya rice cooker mungil ini jatuh ke tangan —siapa lagi? come on, that's a dumb question— saya, si pemulung!!!!

Lalu ketika saya meninggalkan Perugia, seperti tradisi rakyat populer, saya memberikannya kepada Patrizia yang tergila-gila dengan masakan Asia. Patrizia kehilangan kata-kata, "grazie GRAZIEEEE...woooww", matanya berkaca-kaca, linangan air mata hampir saja tumpah kalau saja saya tidak menjelaskan "Patrizia, ini cuma hadiah kecil!' Lah, ini memang hadiah turun-temurun. Patrizia bahagia, seperti terlahir kembali sebagai ratu di dapur. Ia tak pernah punya rice cooker seumur hidupnya. Keputusan yang tepat. Rice cooker buatan Indonesia mereka Nasional ini menjadi rice cooker pertama Patrizia yang kini siap membuat pesta makan malam chic'n'exotic.

***
Dan kini saya kembali hidup mandiri. Untuk masak nasi saya hanya perlu satu panci saja. Panci kecil/sedang dari aluminium. Banyak yang menkritik "Gama, aku belikan kamu rice cooker baru ya!", "No, thankyou."

Maka, masukkan beras basmati, air hingga setinggi 2 cm (seperti resep mama) dan voilà 20 menit kemudian, di panci saya terhidang nasi paling pulen sedunia. Atau risotto. Membuat risotto ala Italia tidak sulit tapi butuh kesabaran.

Oh Rice cooker ......... panci pemasak nasi, kau teman terbaikku!!!!! Apa jadinya hidupku tanpa dirimu???????????? huhuhuhu

2 comments:

Khoirunnida ha detto...

buku baru tentang apa?

achiedz ha detto...

hahaha,,,
tipikal anak kost banget yak!
still living at Aussie now, G?