DI Italia sering kali kita temukan penjual buku bekas di piazza-piazza. Bukunya bervariasi, ada yang bertopik menanam bunga mawar, sejarah Fascisme, sampai fiksi.
Harganya itu loh, menggoda. Murah banget. Gue pernah dapet yang satu buku cuma satu Euro. Di foto milik temen gue ini (Q!) buku-buku itu dilego per dua Euro.
Bikin orang nggak tahan nggak beli, kan?
Bacanya asik, nafsu "dapet bargain" udah sampe ke ubun-ubun ... tapi ntar bawa pulangnya REPOT.
Sumpah, sekarang airlines makin ketat. Gue pernah "menumpang" Emirates dan maks. 20 kg diberlakukan dengan semena-mena. Kejam nian, dia kaga peduli elo student atau stock broker.
Para mahasiswa RI yang suka baca, ingatlah kapasitas airlines sebelum kalian menumpuk buku hingga 10 kg — waks, ini sih gue... beli bukunya taon lalu, dampak repotnya masih sampe sekarang.
Yeah, buku-buku yang gue beli di Itali 2006-2007 masih ada dan menunggu dibaca.
Usai rilis dan launching CIAO ITALIA! —dan juga promo buku tersebut— surprisingly gue masih punya waktu luang meskipun sebenarnya gue lumayan sibuk ngambil job-job kecil di sana-sini.
Gue sering maen-maen ke Institut Kebudayaan Italia, yang dikenal oleh warga Jakarta dengan inisialnya: IIC. Letaknya di Menteng.
Gue biasanya dateng untuk make internetnya — yes, di meja gue yang lama, yang sampai sekarang masih kosong. Itu meja yang paling bagus sebenernya di kantor sekretariat.
Gue tengah asyik browsing. Tiba-tiba ada interupsi dari staf paling senior di kantor tersebut, ibu Laila, yang tampak gundah gulana. Rupanya dia sedang ngerjain terjemahan artikel dan butuh informasi urgent dari Gianni, satu dari dua staf IIC yang tulen orang Italia. Gianni jago berbahasa Indonesia.
Laila: “Gianni, apa bahasa Italia untuk tempat di mana prostitusi ditangkap dan direhabilitasi. Apa bahasa Itali untuk panti rehabilitasi?”
Gianni (wajah kaget, mata terbelalak): “Ha? Laila, kenapa kamu nanya hal ini? Di Italia, nggak ada tempat seperti itu. Prostitusi yang ketangkap biasanya cuma menginap semalam di kantor polisi lalu dilepas lagi. Nggak ada panti.”
Laila: “Jadi apa yang aku tulis untuk terjemahan artikel ini?”
Gianni: “Nggak tau!” Lalu Gianni mulai cerita mengenai tren baru di negeri Pasta sana, yakni para transvestite Brasil she-male yang operasi plastiknya ‘bagus sekali’.
Perhatian kami tersedot, kuping kami berdiri menangkap setiap informasi akan bisnis cinta di Italia, yang ilegal namun eksis dan semarak setiap malamnya. Penjaja cinta dihina-dina namun dibutuhkan. Di kota-kota besar Italia, seringkali polisi dan carabinieri (polisi militer) melakukan operasi di ruas-ruas jalan yang “hot”.
Edwin (staf pendidikan): “Gianni, quanto paghi di solito?”; Oke, Edwin sebenarnya bermaksud berapa “berapa bayaran «transaksi cinta» di sana” tapi yang keluar dari mulutnya sedikit berbeda “Gianni, biasanya kamu bayar berapa?”
Kantor sekretariat tergelak-gelak, tawa meledak.
Saya: “Ya Gianni. BERAPA biasanya kamu membayar?”
Gianni bete. Dia mengaku selalu setia dengan istrinya dan TIDAK pernah menggunakan jasa prostitute.
luglio 12, 2008
Ciao a tutti!
Terima kasih kepada semua pembaca CIAO ITALIA! yang telah berbagi pengalaman mereka melintasi ruang kelas dan pesta-pesta mahasiswa di Italia. CIAO ITALIA! tidak akan pernah terwujud tanpa passion kalian untuk negeri molek bernama Italia.
Oke, untuk pecinta CIAO ITALIA! yang masih 'sedikit' penasaran dan mau tahu wajah-wajah para protagonis yang muncul di awal petualangan. Inilah mereka ...
Grazie mille!
(Dari kiri ke kanan)Alessio Meloni, Alan Whykes, Jens, Vincenzo Liso─mereka bermain gitar dan bernyanyi bersama di pesta musim panas di apartemen Via Fra Bevignate.