agosto 30, 2010

Ghedafi dan 500 Bidadari

Baru-baru ini saya backpacking di Maroko. Di ujung utara benua Afrika, di antara rana Eropa dan warisan budaya Timur tengah, Maroko memberi saya kesempatan menyaksikan betapa agama memiliki peranan besar dalam kehidupan sehari-hari.

Tapi, mestikah kita mempengaruhi orang lain dengan kepercayaan kita?

Kolonel Ghedafi, pemimpin (sebagian orang menyebutnya diktator) Libia tengah berada di Italia. Biasalah, power talk, business lunches dan, tentu saja, jual-jual minyak.



Sang Kolonel berkumis ini terkenal party animal, gila pesta. Di kediaman duta besar Libia, Ghedafi mengundang 500 gadis Italia yang belia nan cantik. Tak punya rupa manis, lupakan bisa mendapat undangan.

Acara ramah tamah nan mewah ini ternyata diisi oleh presentasi Islam. Kepada 500 gadis cantik, Ghedafi memberi cenderamata Qoran sekaligus meminta gadis-gadis itu berpindah agama.

Terbayangkah jika kisah seperti ini terjadi sebaliknya? Presiden Prancis datang ke Indonesia misalnya, dan meminta perempuan Indonesia memeluk agama Katolik? Wah, penduduk RI pasti protes dan mencak-mencak, perang dingin dengan Malaysia bakal jadi cerita halaman belakang.

2 comments:

Anonimo ha detto...

Hah serius tuh? Nekat O____o;

Jadi isu nasional kah di Italia sana? Tapi kebayang kalo itu kejadian di Indonesia, langsung angkat bambu runcing semua XD

Friska Titi Nova ha detto...

Dan giliran berita yang kayak gini gak nyampe ke Indonesia. Untuk fungsi menyeimbangkan pemberitaan yang selama ini menurut gw berat sebelah.

Ada satu koran nasional yang suka banget upload berita di yah**.com tentang isu-isu yang sensitif gini. Sayangnya gak imbang, dan terkesan untuk menyalahkan satu pihak.

Akhirnya jadi bikin polemik, dan ratusan komentar negatif muncul di artikel itu. Gajebo deh jadinya.
Thanks for sharing Gama.