Macchina e Chiesa
Macchina e Chiesa
Macchina e Chiesa
Posted by CIAO ITALIA! at 2:22 PM 0 comments
Labels: Mobil dan Gereja
Edisi 114 > Fokus > Setapak > Peri Calcata (Italia)
Profil Penulis
Gama melukiskan passion untuk negeri Pasta, Italia, melalui tulisan dan jepretan tustelnya. Selain kerja penuh waktu, ia menulis lepas untuk harian the Jakarta Post. Buku pertamanya “Ciao Italia!”, terbitan GagasMedia, tersedia di toko buku terdekat.
Posted by CIAO ITALIA! at 10:46 PM 4 comments
Pernah ngebayangin ngerayain Natalan —yes, European Christmas— di kota cantik seperti... err, Venice?
Posted by CIAO ITALIA! at 10:04 PM 0 comments
Posted by CIAO ITALIA! at 10:52 AM 1 comments
Penjual sayur dan buah di Spanyol
Posted by CIAO ITALIA! at 12:55 PM 0 comments
Apartemen Merah
Granada, Spanyol
Posted by CIAO ITALIA! at 1:20 PM 0 comments
Gran via de Colon, Granada
Posted by CIAO ITALIA! at 4:36 PM 1 comments
Information chick, Alhambra, Spain: "Sorry, no hablo italiano. Do you speak English?"
Posted by CIAO ITALIA! at 9:13 AM 1 comments
Pertama kalinya saya (berhasil) menginjakkan kaki ke negeri Matador, alias Spanyol, dengan perasaan girang bercampur takjub, saya membandingkan kesamaaan dan perbedaan negeri ini dengan Italia. Dan hasilnya cukup mengejutkan.
Perjalanan kali ini sangat berkesan. Setelah lebih dari 2 tahun, saya bersua dengan Alberto, teman kelas dulu di Perugia, kami tak henti ngobrol di atas bus menuju airport (Bologna menuju Granada). Ya, ya, Alberto berasal dari kota Granada, Andalusia.
Dengan perasaan deg-degan, kami berhasil juga melangkah ke Boeing 737 milik Ryanair yang terkenal pelit. Bagasi jinjing 1 piece maksimum 10 kilo!
Granada dan kebun olivenya menantang mata dari balik jendela pesawat yang menukik rendah. Kota kecil Santa Fe terlihat sepi namun padat lalu lintas, mengingat posisinya yang strategis tepat di samping Granada (ibu kota provinsi ini menaungi 300 000 jiwa).
Seminggu bercokol (dan membawa kaki ini berkilometer-kilometer demi menjelajahi keunikan Spanyol) inilah penemuan saya:
1. orang Spanyol tampak lebih gembira dari orang Italia. Ekonomi mereka lebh bagus, demokrasi dan kebebasan hak-hak lebih dijamin di sini daripada di Italia (misalnya, pasangan gay dan lesbian bisa menikah di Spanyol).
2. Makanan murah dan lezaaaaat sekali. Kultur makan di sini mendikte kita untuk menongkrongi tapas-bar mulai dari pukul 20 sampai pagi menjelang. Tapas di sini murah, jelas Alberto. Granada adalah satu-satunya kota di Spanyol di mana tapas dijual bersama dengan minuman. Di tempat lain, kita memesan minuman plus tapas.
3. Bahasa. Lidah Spanyol memukau. Nada tinggi orang-orang Spanyol tak memudarkan pesonanya. "Hola Wapo, Que Tal?!"
4. ZARA adalah toserba "biasa-biasa saja". ZARA ada di sudut-sudut strategis, mulai dari ZARA HOMBRE CHICAS, sampai ZARA HOME (toko perabotan) namun berbeda dengan di Jakarta, ZARA di Spanyol bukanlah barang mewah yang kerap "diserbu" anak-anak muda borju Jakarta itu.
5. Kebudayaan Arabesque di sini bagus sekali. Memoto akhirnya menjadi hobi saya...
Posted by CIAO ITALIA! at 6:42 AM 4 comments
Seni Arabesque di Mesjid Katedral Còrdoba, Spanyol
Arches Masjid-Katedral, Còrdoba, Spanyol
Posted by CIAO ITALIA! at 5:57 PM 2 comments
Couple showing defiance in fully functional Catholic church of Pantheon
Posted by CIAO ITALIA! at 4:34 PM 0 comments
Labels: quotidianeità
Ponte Sant'Angelo
Posted by CIAO ITALIA! at 11:38 AM 0 comments
Labels: turismo
Negara Vatikan (Vatican City) - kota, negara, gereja - sejak tahun 1929 berdiri di atas tanah "suci" seluas tak sampai 0,5km persegi, berada di jantung kota Roma. Penghuninya adalah "orang-orang suci" alias para kardinal.
Sebelum Pakta Lateranensi (1929) di atas, Vatikan adalah salah satu organisasi politik / dinasti yang paling besar (dan ditakuti) di Eropa, setara dengan dinasti Habsburg, Savoy, ataupun Napoleon.
Semua bermula pada donasi oleh kaisar Pepin Si Pendek pada Paus Stephen II. Alkisah kaisar Pepin, ayah Kaisar Charlemagne yang menyatukan Eropa, ini sembuh dari sakit misteriusnya setelah Paus Stephen II memberikannya doa dan ritual penyembuhan. Saking gembiranya, sang kaisar memberi hibah pada pemimpin gereja Katolik.
Kuhadiahkan Roma dan teritori suku Lombardi pada keturunan San Petrus
Donasi verbal ini menjadi basis Negara Vatikan (Church State).
Piazza yang didesign oleh Michelangelo, disempurnakan oleh Bernini, ini masih saja buzzing oleh lalu-lalang turis dan peziarah dari seluruh penjuru dunia.
Posted by CIAO ITALIA! at 10:57 AM 1 comments
Labels: turismo
AF-point selection.
Eksperimen demi eksperimen, biar hasil foto makin maksimal.
Gimana foto ini? Udah mulai kelihatan kemajuannya kah?
Komen-komenmu ditunggu dan sangat dihargai.
Posted by CIAO ITALIA! at 10:28 AM 0 comments
Helloooo, I am Markus from Sweden.
Am I cute enough for you? *winkwink
I'm cute, I'm super fluffly, *BUT* I am no easy... though I like going to bed with you! LOL.
And oh, I'm smart too. Look at my massive computer!
Yeah, baby!
Posted by CIAO ITALIA! at 12:38 AM 1 comments
Australia dikenal sebagai negara penerima imigran. Sejak dari pertama kali Kapten Cook berlabuh di Botany Bay pada tahun 1770, disusul ekspedisi convicts pada tahun 1788, hingga hari ini di mana sepertiga penghuni benua paling kering sedunia ini berasal dari mancanegara. Sepertiga, 33%, itu angka yang besar sekali.
Posted by CIAO ITALIA! at 9:18 AM 4 comments
Aku punya hobi baru.
Namanya fotografi amatir.
Kata beberapa orang, ini hobi murah meriah yang menyenangkan.
LOL—murah itu relatif, mengingat investasi buat photographic gear bisa cukup substansial.
Tapi meriah dan menyenangkan, iya sekali.
Komentar para teman ditunggu yah.
Komentar positif atau konstruktif, improvement kualitas foto di bawah ini...
Sydney University, Sydney, August 2009
Posted by CIAO ITALIA! at 4:55 PM 3 comments
Ciao Teman,
Halaah, lagi-lagi alasan basi, sibuuuuk banget.
Vacation is knockin' and I am billowin' ... Iyah, Itali aku datang!
Panggil aku manusia boring*, tapi aku udah siap menjejak museum di sana.
(*cuma orang-orang yang nggak cool yang liburan malah masuk ke museum ???)
Itinerary masih "open", mungkin bakalan stuck di Roma sebab ada "job kecil" yang mesti digarap. Kalo memungkinkan, mau ngunjungin selatan itali dan Spanyol untuk catching up sama Alberto dan Laura.
Okay, kerja keras di depan komputer masih jadi prioritas selama 3 minggu lagi.
Oh ya, ada satu email menarik (di bawah ini) dari Ibu Fitri yang pasti bikin mikir "hmmm, kenapa semua karya dan job seorang Gama berkisar pada Itali, Eropa, negara asing. Kenapa nggak ada konten lokalnya?"
Alasannya ada dua.
Satu. Menjual kultur/negara nggak gampang. Mesti ada passion. Dan kebetulan passion-ku emang Eropa. Kenapa bukan Amerika atau Australia atau Asia? I dunnoh. Kenapa durian berduri tajam? Who cares.
Kedua. Biasanya nih, the so called "foreigner's eyes" membuat kebudayaan itu jadi lebih memikat. Itu sebabnya kenapa penulis buku-buku mengenai Indonesia didominasi nama-nama asing.
Bule-bule yang jatuh cinta pada RI dan melihatnya dari kacamata unik. Itu sebabnya buku piktorial billboards di pulau Bali yang dibuat oleh bule Ostrali bisa jadi spesial. Kenapa nggak ada penulis lokal yang mau keliling pulau untuk memfoto baliho, neon? Karena mata orang asing lebih peka.
Kenapa buku Insight keunikan kehidupan Jakarta harus ditulis oleh bule UK? Karena indra orang asing terbuka lebar begitu mereka menyicip semua hal-hal ajaib yang ditawarkan oleh Jakarta.
Kenapa teman saya yang lahir dan besar di Roma tak peduli pada Koloseum dan pilar-pilar nenek moyang mereka? Sementara jutaan orang asing sengaja datang ke ibukota Italia untuk menyaksikan saksi sejarah dunia. Lagi-lagi karena "mata orang asing"
lah yang sanggup menangkap hal-hal ini. Mata lokal tak lagi sensitif.
That's how it is. A matter of perception and passion.
Terima kasih sekali pada Ibu Fitri. Tentu saya berharap bisa menjelajahi kepulauan Nusantara dan mengolah informasi ini pada dunia.
Sampai jumpa bulan depan dari Italia !
Salam kenal
Adik Gama Harjono....
perkenalkan saya ibu Fitri - pernah menjadi Stringer The Jakarta Post di tahun 1996-1998. dan sesekali menulis juga di beberapa media lainnya.
saya membaca buku Ciao Italia - Catatan Petualangan Empat Musim yang anda tulis. Sungguh seru dan luar biasa, detil-detil setiap sudut Italia anda tulis tak ada yang terlewati.
seandainya usia saya se usia anda maka sayapun akan melakukan hal yang sama, sayangnya di saat usia saya se usia anda, belum mendapatkan Rahmat Tuhan untuk bertualang ke luar negeri dan mencari negara yang memikat saya, tapi bukan Italia melain negara Afghanistan - Uzbekistan dan beberapa negara tetangganya , karena negara ini juga mempunyai daya tarik keindahan yang luar biasa memesona sebelum dihantam perang antara etnis maupun antar agama dan antar negara. sehingga keinginan saya tak terwujud,
tapi saya sudah berkeliling Indonesia dari Aceh sampai Papua, sayangnya semuanya sebatas liputan belaka, jadi tulisan saya sifatnya hanya berita atau feature,tak bisa brtualang karena keterbatasan waktu, maklum di ajak pejabat meliput kunjungan mereka jadi saya harus menulis yang bagus-bagus saja.
sekarang di usia menjelang kepala 5, saya punya kesempatan keliling Indonesia, tapi sayang sekali jiwa petualang saya sudah tak ada dan tak bisa menulis dengan gaya bahasa anak muda se usia anda. tentunya gaya tulisan saya bergaya nyokap-nyokap.
kebetulan putri remaja saya usia 17 tahun juga mengikuti jejak saya menulis novel remaja dan sudah ada 2 novelnya dan ingin bertualang ke Korea Selatan selama 1 tahun, belajar bahasa Korea dan menulis novel remaja dengan setting Korea. Mungkin tahun depan akan berangkat. Tapi Virus Flu H1N1 membuat niatnya agak kendor. Dia ingin bertualang keliling Indonesia tapi saya belum mengijinkan dia keliling Indonesia maupun Ke Korea, karena usianya terlalu muda dan mentalnya belum siap walau nalurinya menggebu-gebu.
saya ingin menggetarkan dawai dawai jiwa anda yang sudah bertualang ke berbagai negara cobalah bertualang dari Sabang sampai Merauke..... maka anda akan menemukan apa yang tak akan anda temukan di negara manapun di dunia ini.....
Percayalah.....negara tercinta, tanah tumpah kelahiran anda " Republik Indonesia " ini tak kalah eksotik dari Italia......
Selamat bertualang anak muda .......!
Posted by CIAO ITALIA! at 9:16 AM 1 comments
Posted by CIAO ITALIA! at 4:26 AM 1 comments
Ciao ragazzi!
Posted by CIAO ITALIA! at 12:23 AM 1 comments
Entah siapa yang pertama kali memulai berbagi pengalaman studi di luar negeri dalam media buku. Dulu saya pernah menemukan buku yang ditulis Arief Budiman tentang pengalamannya studi di negeri Kanguru. Belakangan muncul buku Studying Abroad yang ditulis Windy Ariestanty dan Maurin A. Buku berbagi info studi ini mengulas seputar tip dan trik persiapan sekolah di luar negeri hingga cara beradaptasi dengan lingkungan asing. Memang buku-buku semacam ini masih tergolong sedikit, walaupun sebenarnya minat anak muda bersekolah di luar negeri saat ini kian bertumbuh.
Selain berbagi pengalaman sekolah di luar, ada pula buku "jalan-jalan" ke mancanegara yang kian marak. Tengoklah Naked Traveler ataupun Ciao Italia!. Mengapa buku-buku seperti ini kian diminati? Di kalangan anak muda kelas menengah siapa yang tidak bergiur untuk jalan-jalan ke luar negeri. Selain kian banyak tawaran paket wisata "murah", akses pertemanan lewat Internet pun cukup memudahkan para traveller untuk mewujudkan niatnya. Apalagi bila, Anda memiliki banyak teman di luar negeri, hal ini tentu akan lebih memudahkan. Dan, kehadiran buku-buku semacam ini menjadi bagian yang menginspirasi para penyuka travelingjalur mancanegara.
Termasuk Ciao Italia! yang ditulis Gama Harjono. Buku ini mengajak orang untuk berkunjung ke Italia. Tak hanya itu, buku ini juga mengajak untuk belajar kebudayaan dan bahasa Italiano yang kabarnya tidak kalah menarik ketimbang bahasa Prancis. Sebagai sebuah pengantar buku ini lumayan lengkap; sebab Gama coba menuliskan soal kondisi sosial-budaya hingga semua tempat-tempat bersejarah di negeri sepatu itu. Tak lupa soal tip dan trik perjalanan pun disampaikan olehnya. Semisal persiapan bujet minimal dalam sebulan dan bagaimana harus mengirit ongkos makanan, namun tetap bisa berbelanja.
Ciao Italia! memang tampak digarap dengan serius dan detail. Bukutraveling ini ditulis hampir setahun oleh Gama. Gama adalah kontributor lepas sebuah koran berbahasa Inggris yang terbit di Indonesia. Kabarnya, kebiasaannya menulis dalam bahasa Inggris cukup menyulitkannya saat harus menulis dalam gaya bahasa Indonesia popular ala anak muda. Dan inilah hasilnya, sebuah buku panduan menyisir jejak-jejaknya di negeri tempat para ilmuwan dan seniman besar mencipta.
Petualangannya dimulai dari kota antik: Roma. Deskripsi beraneka sisi soal Roma, Colosseum, Altare Della Patria, Museum Capitolini langsung dia dedahkan cukup detail, terutama dari segi arsitektural. Bangunan-bangunan di Roma didominasi warna mediterania seperti cokelat pastel, lemon, terracota, dan putih marmer (hlm 13). Wajah "Eropa Tua" tergores jelas di kota Roma. Nah, naluri sebagai seorang penulis yang cukup cermat pun mulai tampak sejak membuka buku berslogan "Catatan Petualangan Empat Musim" ini.
Saat membuka sampul buku ini kita langsung disambut foto-foto eksotik yang penuh daya tarik Italia. Sebutlah Piazza Grande lokasi syuting Life is Beautiful,Venessia, Altare Della Patria, Umbria, Perugia, Katederal kota Orvieto, Florence, penjual buah di Naples, Piazza del Campo di Sienna, Cingue Terre, dan lainnya.
Gama termasuk mahasiswa yang rajin menyisihkan waktunya untuk menyusuri sudut-sudut Italia. Kiranya setahun sembari kuliah bahasa Italia di Universita per Stranieri di Perugia, sebagian waktu luangnya disisipi agenda jalan-jalan dan berpesta di negeri seni yang kaya akan sejarah abad tengah di setiap sudutnya.
Saat jalan-jalan menyusuri Perugia, Gama kaget ketika Alan (temannya) menunjukkan tempat tinggal Galileo, ilmuwan genius yang ditentang kaum gereja. Kekaguman akan Italia sebenarnya nampak jelas di bagian pengantar buku ini. Oleh sebab itu untuk mengenang “manisnya” Italia, Gama membagi segala apa yang ia lihat dalam Ciao Italia!. Namun, tak saja soal tempat, sisi pertemanan baginya orang Italia yang penuh kekeluargaan. Isi buku ini memang bisa membuat iri para pembaca yang belum pernah mencicipi Italia yang fenomenal.
Satu hal yang patut kita contoh dari keprigelan pemerintahan Italia adalah keseriusan atas penjagaan dan perawatan tempat dan situs-situs bersejarah. Tengoklah Desa Cingue Terre dan Basilika Asisi yang dibuat 1228 masih berdiri kuat. Kedua tempat ini bersegel UNESCO World Heritage Site. Di Cingue Terre, Anda tak menemukan satu batang pun antena televisi di atap rumah. Hal ini untuk menjaga agar desa itu nampak tradisional seperti di abad 16. Walikota setempat mengatur hal ini dalam undang-undang.
Namun di sisi lain seperti birokrasi, Gama menemukan keruwetan klasik. Semisal ketika ia diharuskan mengurus dokumen sebagai pendatang yang tidur di atas tanah Italia; ia harus menunggu berjam-jam dan tanpa serviceyang menyenangkan. Juga soal masalah sosial, terutama pengangguran dan banyaknya anak muda Italia yang cenderung manja dan bergantung pada orang tua. Hal ini sepertinya sudah membudaya di negeri itu. Banyaknya penipu dari kaum Gypsi, juga menjadi gambaran lain soal kriminalitas di Italia.
Yang tak kalah "seram" soal Italia adalah soal mafia. Naples adalah kota terseram yang pernah disinggahi Gama. Sebuah kota yang memiliki tingkat kejahatan tinggi. Butuh nyali besar untuk melintasi kota yang terletak di bawah Gunung Vesuvius yang aktif, di mana seks bebas diobral. Saat akan berkunjung ke Naples, pesan-pesan seram penuh rasa was-was yang membuat Gama
tergetar. Namun, kenekatannya tetap menggiringnya pergi menelusuri kota asalnya Pizza.
Buku ini akan lebih sempurna bila disisipi video berdurasi pendek tempat-tempat yang dilewati Gama. Dalam buku cetakan pertama ini saya tidak menemukan peta visual atau rute yang dilalui Gama. Inilah kekurangan dari buku ini. Di sisi lain, ada pelajaran besar yang bisa kita dapat dari buku perdana Gama, yaitu soal menghargai warisan sejarah dan budaya. Maka saatnya pembongkaran kota-kota tua ataupun bangunan-bangunan tua bersejarah dihentikan di Indonesia. Dan tirulah Italia dalam hal merawat tempat-tempat bersejarah.
Pembaca buku, bekerja di Jakarta
penjaga rumahmatahari.net
Posted by CIAO ITALIA! at 3:18 PM 2 comments
defying fate, pursuing AMORE