settembre 08, 2006

Saat seseorang menjadi ekstremis agamis. Boh ...!

Entah mau nulis apalagi di halaman blog ini, rasanya makin males ajah euy. Pun ngga banyak ide untuk dituangkan selain (mau gampangnya aja) memposting foto travelogue di negeri dongeng Italia ini.

Namun, buat intermezzo, bisa dibilang kehidupan saya di Italia melaju dengan beberapa drama (che casino, kata orang Italia).

Selama bertahun-tahun terakhir ini, saya sedikit bertemu dengan compatriots RI. Di Sydney banyak warga Indonesia namun bisa dibilang kecuali teman-teman terdekat, saya bisa dibilang hilang kontak.

Di Perugia, Italia, ada sekitar selusin students RI yang kebanyakan tiba akhir bulan Juni, seperti saya. Tidak disangka, saya di sini pun harus menemukan kebenaran peribahasa di bawah ini:

L'abito non fa il monaco (IT)
L'habit ne fait pas le moine (FR)

Don't judge a book by its cover

Selama ini saya selalu berusaha berpikir lugas, namun setelah bertemu dengan beberapa orang «religious» saya harus angkat tangan.

Ngga sanggup lagi. Cape ati.

Apalagi mereka yang ekstremis.

Ada seorang classmate, seorang Tunisian, yang selalu berceloteh betapa agama yang dianutnya adalah sempurna, bahwa ialah satu-satunya Saint di Italia, sementara yang lainnya adalah sampah dunia bergelimpang dosa duniawi.

Sementara seorang student Indonesia yang saya kenal sekitar sebulanan lebih parah lagi. Awalnya semua tampak normal, namun saya pun harus bilang saya bergidik saat mengetahui revelasi pandangan politik dunianya.

Seorang wanita, student RI yang mendapat beasiswa di Italia, dan suatu hari saat kami tengah duduk di dapur, terpaku ke layar TV, melihat berita perang Libanon-Israel:

Ia: «aduh ... orang Yahudi itu semua jahat, pantas mati. Hitler itu sudah benar, coba seandainya ia berhasil menghilangkan orang Yahudi, dunia akan lebih baik saat ini.»

Saya (dalam hati) .............. holy crap, this is unfuckenbelieavable, this woman person is mad!

Dan semua respek dan toleransi saya terhadapnya hilang, termasuk hangusnya keinginan saya untuk bersahabat bersamanya.

Saya ngga bisa bergaul dengan mereka yang ekstremis, picik dan berpandangan sempit seperti itu.

E basta, no???!

0 comments: